Wartawan Senior Uni Lubis Ikut Naikkan Tagar #MahasiswaBergerak

  • Selasa, 24 September 2019 - 22:00 WIB


KORANMX.COM, JAKARTA - Wartawan senior Uni Lubis mengkritik respon Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko yang terkesan meremehkan demontrasi besar-besaran mahasiswa di berbagai kota termasuk Jakarta.

Moeldoko, seperti dilalnsir berbagai media mengatakan, Indonesia banyak masalah ia meminta mahasiswa berempati.


"Oh My 😑  Ini #MahasiswaBergerak. Justru karena empati tinggi menolak sejumlah RUU dan UU KPK dengan pasal-pasal kontroversial. Masak gak paham sih?" cuit Uni Lubis di Twitter menanggapi komentar Moeldoko.  


Uni Lubis pun sepanjang Senin dan Selasa aelalu menyertakan tagar #mahasiswabergerak, #milenialbergerak, #LawanArogansiDPR, #HidupMahasiswa, sembari terus  menyebar liputan para reporternya.

Uni Lubis juga mengungkapkan bagaimana reporternya yang meliput diperlakukan tak terpuji oleh oknum aparat.

"Dapat laporan dari reporter yang meliput di DPR, sempat alami kekerasan by oknum aparat. HP sempat diambil, sang oknum menghapus gambar yang merekam aksi si oknum ke pendemo.
Jadi ingat pesan almarhum Jenderal Rudini. Kalau berhadapan dengan aparat di lapangan, ojo ngeyelan. Mereka gak peduli," ungkapnya.


Tak hanya wartawan senior, sejumlah mantan aktivis dan tokoh-tokoh juga gencar menaikkan tagar mengiringi aksi mahasiswa. Tagar #GejayanMemanggil juga trending di Twitter. Bahkan tagar #HidupMahasiswa memuncaki worldwide trend.


#GejayanMemanggil

Gejayan adalah salah satu nama daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Daerah ini juga dikenal sebagai Jalan Affandi. Nama Jalan Gejayan lekat dengan tragedi yang terjadi pada 8 Mei 1998 saat terjadi aksi meminta reformasi dipercepat.

Di Jalan Gejayan ini, Aliansi Rakyat Bergerak mengadakan demo #GejayanMemanggil pada Senin (23/9/2019). Gejayan Memanggil adalah aksi dan pernyataan sikap untuk memprotes kondisi negara belakangan ini.

Beberapa hal yang menjadi tuntutan Aliansi Rakyat Bergerak berkaitan dengan Revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP), UU KPK, kerusakan lingkungan, RUU Ketenagakerjaan, RUU Pertanahan, RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS), dan penangkapan aktivis.

Tagar #GejayanMemanggil dan tagar lainnya  juga diikuti tagar #TurunkanJokowi. Namun banyak mahasiswa membantah tagar #TurunkanJokowi berasal dari mereka.

Terkait polemik ini, pemilik Drone Emprit, Fahmi Ismail lalu mencoba membuat analisis dengan membandingkan pola tagar tersebut dengan tagar #GejayanMemanggil.

"Dari data tren 22-24 September kedua tagar, tampak #GejayanMemanggil lebih dahulu muncul dengan volume yang tinggi," kata Fahmi..

Dijelaskannga, tagar #TurunkanJokowi baru muncul pukul 11:00 WIB tanggal 23 Sept. Dan tiba-tiba naik pesat pukul 21:00 WIB. Menjelang tengah malam.

Tak hanya wartawan dan tokoh yang ikut meramaikan tagar di media sosial.  Divisi Humas Polri pun ikut menaikkan tagar versi mereka. Misalnya @DivHumas_Polri memuji tindakan aparat kepolisian di Semarang di mana personel Biddokkes Polda Jawa Tengah bertindak cepat memberikan penanganan medis kepada seorang pengunjuk rasa yang sedang sakit saat melakukan aksi massa di depan gedung DPRD Jawa Tengah, Semarang. Pujian itu disertai tagar #TolakHoaksPapua #PolriPromoter, dan #PolriHumanis

Sementara itu hingga berita ini ditulis, aksi mahasiswa masih berlangsung di ibukota.***



Baca Juga