Untukmu yang Dipilih Oleh Suamiku

  • Sabtu, 29 April 2017 - 18:09 WIB


TERIMA kasih untukmu yang telah resmi dipilih olehnya. Tapi, tahukah engkau bahwa laki-laki yang sekarang hidup bersamamu pernah bermimpi akan selalu bersamaku, hingga akhirnya takdir menyatukan kalian.


Aku turut bahagia meski dalam hati sedikit ada rasa tidak rela. Memang aku tak bisa menghadiri pesta kalian. Selain tidak tahu dan memang tak ada undangan, otakku juga masih teringat jelas janji yang ia ucapkan padaku. “Sabar dan tunggu aku sayang”.
Dan memang aku harus meninggalkannya demi mengejar cita-cita yang selama ini ku impikan. Pilihan hidup kami memang berbeda, diriku selalu memprioritaskan pendidikan berbeda dengannya yang lebih mementingkan bekerja. Mau tidak mau kami harus berpisah dan menjalaninya hingga cukup lama.



Namun sungguh tak kusangka bahwa semuanya bisa berubah dalam sekejap. Inikah hasil dari usahaku selama ini menjaga jarak dari setiap laki-laki yang mendekatiku selama ini? Menguatkan hati itu adalah hal yang saat itu mau tidak mau harus aku lakukan.
Tujuh tahun berhubungan, meskipun harus menjalani dua tahun LDR-an selama aku kuliah dan dia menjalankan usahanya di kampung. Lalu tanpa hal dan sebab pasti dia menghilang begitu saja.



Aku hanya tahu dari salah satu temanku yang juga temannya, tentang kabar bahwa satu bulan lalu dia sudah menikah. Entah dijodohkan atau memang pilihannya, diriku sama sekali tidak tau.


Sakit dan rasanya kurang percaya bahwa laki-laki baik dan selalu kusebut namanya dalam setiap doaku ternyata sudah menikah dengan wanita lain. Entah siapa wanita itu dan dimana mereka berkenalan.


Terbesit pertanyaan di dalam pikiranku, apakah kamu yang sekarang resmi jadi makmumnya tahu? Apakah laki-laki yang telah menjadi suamimu tak pernah bercerita tentang aku? Apakah kau tak pernah bertanya padanya apa statusnya saat itu? Ataukah lelaki itu memang tak mengakuiku? Sudahlah itu hanya pertanyaan hatiku.



Diriku tak menyalahkan keadaan ini, apalagi mau menuntut keadilan, karena kau telah mengingkari semua yang pernah terjalin selama bertahun-tahun ini.

Aku masih ingat jelas ketika dia memintaku bertemu di rumah sepupuku sendiri, tempat itu jadi saksi bisu bahwa kami adalah sepasang orang saling mencintai. Bagaimana dia membuatku tersenyum setiap memujiku.


Aku masih ingat sekali dia mengatakan cinta ketika kami masih duduk di kelas satu SMP dan hatiku percaya, karena hubungan kita memang tidak bermasalah sampai pada akhirnya dia menghilang tanpa alasan dariku.


Sampai akhirnya aku memberanikan diri menanyakan kebenaran pernikahannya itu ke saudaranya dan dibenarkan bahwa dia telah menikah dengan orang lain. Rasanya benar-benar sakit mendengarnya karena bertahun-tahun hubungan ku jalani. Meski kadang kita hilang kontak tapi tetap dipertemukan kembali tanpa pernah ada kata berakhir.


Sungguh sakit aku harus menerima kenyataan bahwa kau benar-benar pergi. Hingga aku berfikir kesalahan apa dan siapa yang membuatmu tega berpaling dariku.


Kamu tahu bagaimana kita berjuang menjalani LDR ini, dan bagaimana susahnya dulu kita menjalin hubungan ini? Bukankah orang tua kita sama-sama sudah tau dan merestui hubungan kita, lantas apa yang membuatnya begitu tega meninggalkan semua yang pernah kita lewati tanpa memberiku kabar tentang semua itu ?


Sungguh aku butuh alasan yang bisa membuatku bisa merelakannya, tapi apa daya semua benar-benar telah berakhir. Jangankan memberi alasan, bertemu dengannya pun sudah tidak pernah lagi.


Hampir satu tahun berlalu, tapi pertanyaan itu selalu muncul seiring berjalannya waktu, apalagi jika harus mengingat masa-masa yang pernah kita lalui bersama. Memang benar kata orang, uang akan mengubah segalanya. Dan itu terjadi padanya.
Sepanjang hari aku berdoa agar dia sukses. Tapi ketika sukses, dia menyakitiku dan meninggalkanku tanpa sebab. Sudahlah aku merelakan dia untukmu. Entah seperti apapun kondisi hatiku dulu maupun sekarang. Yang jelas aku tetap dan terus berusaha bangkit dari segala keterpurukanku karenanya.


Aku tahu bahwa hidup akan terus berjalan. Dengan atau tanpa dirinya akupun bisa bahagia, meski luka yang dulu ditinggalkan masih belum sembuh dan membuatku susah untuk mencari dan menjalani hubungan lagi dengan laki-laki lain.


Bukan karena tak bisa move on darinya, tapi rasa trauma kadang menarikku harus mengingat kembali dan memutuskan lebih baik untuk sendiri saja. Kalau memang jodoh pasti diriku akan dipertemukan dengan orang yang pantas ku dampingi dan mendampingiku.
Untukmu yang telah menjadi miliknya, terima kasih telah singgah dan semoga suatu hari kita bisa dipertemukan tanpa ada rasa canggung, dan aku bisa mengenal dia yang telah menemani hidupmu. Aku selalu menganggap dia lelaki terbaik yang pernah ada dalam hidupku, meskipun akhirnya harus menerima semua pengkhianatan itu. mx/net



Baca Juga