Menteri Abdul Kadir Karding Beri Kuliah Umum di UIR: Merantaulah, Pulang Jadi Juragan!

  • Rabu, 16 Juli 2025 - 14:00 WIB

KLIKMX.COM, PEKANBARU - Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), H Abdul Kadir Karding SPi MSi mengajak generasi muda, khususnya mahasiswa, untuk tidak takut merantau dan bekerja ke luar negeri. 

Hal itu disampaikannya saat memberikan kuliah umum di Universitas Islam Riau (UIR), Jalan KH Nasution, Pekanbaru, Rabu (16/7/2025).

HONDA 2025

Dalam kunjungannya ke UIR, Menteri bersama Rektor UIR, Prof Admiral SH MH dan jajaran juga melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU).


Rektor UIR Admiral, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan bangga atas kedatangan Menteri di kampus tertua di Riau yang telah berdiri sejak 1962. ''Kami sambut Bapak Menteri dan Ibu beserta rombongan dengan penuh sukacita. Ini sebuah kehormatan besar bagi kami,” ucapnya.

Prof Admiral menegaskan saat ini UIR terus berkomitmen untuk menjadi Universitas Islam berkelas dunia berbasis iman dan takwa. Rektor juga mengungkapkan, bahwa selama ini UIR telah meraih berbagai pengakuan bergengsi, termasuk akreditasi “Unggul” dari BAN-PT serta rekognisi internasional melalui QS Ranking di kawasan Asia Tenggara dan Asia.

“Tidak banyak kampus yang sudah mendapat akreditasi unggul di Indonesia, dan UIR adalah salah satunya,” katanya.


Dalam konteks kerja sama dengan Kementerian P2MI, Rektor UIR mengungkapkan tiga isu utama yang menjadi perhatian kampus dalam membahas tata kelola pekerja migran.

Pertama, sebut Rektor, tingginya minat masyarakat Indonesia untuk bekerja ke luar negeri, yang harus diimbangi dengan peningkatan kompetensi dan keahlian.

Kedua, pentingnya perlindungan hukum terhadap hak-hak pekerja migran selama bekerja di luar negeri dan kebutuhan pembaruan informasi (update) terhadap langkah-langkah dan kebijakan pemerintah terkait migrasi aman.

“Kami berharap kuliah umum ini akan membuka cakrawala berpikir para mahasiswa dan dosen tentang peluang kerja luar negeri dan perlindungannya,” tambah Prof Admiral.

Rektor menilai kehadiran Menteri Abdul Kadir Karding sangat strategis, karena UIR kini juga fokus membangun jejaring kemitraan nasional dan internasional. 

Menurutnya, kerja sama ini akan memperkuat peran perguruan tinggi dalam mendampingi masyarakat, termasuk melalui edukasi tentang migrasi aman, pendampingan keluarga pekerja migran. Selanjutnya, pelatihan keterampilan dan bahasa asing dan penyuluhan hukum dan kontrak kerja.

“Kami sangat mendukung inisiasi Pak Menteri untuk membentuk Migrant Center di kampus-kampus, dan UIR siap menjadi pelopornya di Sumatera,” tegasnya.

Dalam paparannya, Abdul Kadir membuka dengan fakta bahwa Indonesia memiliki 152 juta angkatan kerja, namun masih ada 7,3 juta pengangguran. 

Menurutnya, pemerintah telah berupaya membuka lapangan kerja di dalam negeri lewat sektor UMKM, ketahanan pangan, hingga investasi. Namun, pekerjaan di luar negeri tetap menjadi opsi penting yang legal dan menjanjikan.

“Bekerja di Korea sebagai nelayan, gaji minimalnya 15 juta rupiah. Di Jepang bisa 20 juta. Itu untuk lulusan SMA dengan syarat bisa bahasa negara tujuan. Kalau kalian kerja di Pekanbaru butuh 5 bulan baru bisa dapat uang setara sebulan kerja di Jepang,” jelasnya.

Menteri juga mengungkapkan bahwa saat ini ada 352 ribu lowongan kerja legal di luar negeri pada 147 jenis pekerjaan di 45 negara. Bahkan, kementeriannya telah menyiapkan skema perumahan subsidi khusus bagi pekerja migran yang sudah menandatangani kontrak kerja.

“Kita ingin membangun SDM Indonesia lewat migrasi aman dan terencana. Kalau bisa kuliah dibayar, ini malah dibayar sambil kerja. Cocok banget,” ujarnya, disambut antusias hadirin.

Ia menegaskan, bekerja ke luar negeri bukan sekadar soal gaji besar, tapi juga menambah pengalaman, ilmu, skill, jaringan global, dan kedewasaan hidup.

Menteri juga memberikan kutipan bagi mahasiswa yang ingin bekerja di luar negeri, agar dapat mengelola keuangannya. ''Orang kaya itu bukan yang bergaji tinggi. Orang kaya adalah yang bijak mengelola uangnya. Gaji 20 juta, kalau tidak diatur, bisa habis begitu saja. Tapi yang bijak, walau 5 juta, bisa membangun masa depan,” ucapnya.

Ia mengingatkan agar PMI tidak menyerahkan seluruh uangnya kepada pasangan atau keluarga di kampung halaman tanpa kontrol. Karena banyak kasus menunjukkan kiriman uang justru disalahgunakan hingga menyebabkan persoalan rumah tangga.

Agar sukses bekerja di luar negeri, Menteri menegaskan pentingnya tiga kompetensi utama, pertama bisa bahasa Asing. Artinya, harus benar-benar menguasai, bukan sekadar lulus tes hafalan.

Kedua, memiliki keterampilan Teknis (Hard Skill), yang harus sesuai standar industri negara tujuan.

Ketiga, calon pekerja harus memiliki keterampilan Sosial (Soft Skill), termasuk etika kerja, komunikasi, dan kemampuan adaptasi.

“Skill ini wajib disertifikasi dan harus sesuai dengan kurikulum negara tujuan. Jangan sampai latihan di Indonesia, sampai sana harus ulang dari awal,” jelasnya.

Menteri menginformasikan, saat ini Kementerian P2MI tengah mengadopsi kurikulum luar negeri untuk pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) Indonesia agar lebih terstandar dan langsung siap pakai di negara tujuan.

Menteri juga menceritakan pengalaman pribadinya yang berasal dari Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, harus menempuh perjalanan berjam-jam untuk sekolah. Ia menekankan bahwa merantau adalah investasi untuk masa depan.

“Semua orang hebat punya jaringan luar negeri. Semua orang sukses pasti punya pengalaman bergaul lintas budaya. Kalau ingin sukses, ya merantaulah. Bangun koneksi, tambahkan ilmu, dan jadi duta bangsa,” katanya.

Bahkan, lulusan keperawatan di Jepang atau Jerman bisa menghasilkan hingga 30–50 juta rupiah per bulan. Bidang IT, chef, atau hospitality bisa menghasilkan lebih tinggi lagi.

Pada kesempatan ini, Abdul Kadir mengkritisi praktik magang luar negeri yang terlalu lama, yang disinyalir sebagai modus pengiriman tenaga kerja murah. 

Dia menyarankan pekerja magang agar maksimal dilakukan 1 tahun, dengan pemantauan ketat oleh pemerintah. “Kita sedang memperbaiki sistem. Semua harus satu pintu. Magang pun harus legal dan diawasi agar tidak merugikan pekerja,” tegasnya.

Kerja sama antara P2MI dan UIR mencakup penyuluhan, pendampingan hukum, edukasi kontrak kerja, hingga pembentukan Migrant Center di kampus. ''UIR bisa menjadi pusat pelatihan bahasa, skill, hingga matching pekerjaan ke luar negeri. Dengan sistem ini, mahasiswa sudah tahu arah masa depan sejak awal,” ungkapnya.

Menteri juga menyarankan agar kampus membuat ekstrakurikuler khusus pekerja migran, untuk membekali mahasiswa dengan pemahaman praktis mengenai dunia kerja luar negeri.

“Kalau kamu mau punya pacar, cari uang dulu. Zaman sekarang, susah pacaran kalau nggak punya motor. Tapi ingat, kerja bukan cuma buat pacaran. Kerja di luar negeri bisa bikin hidup lebih baik, keluarga sejahtera, dan kamu bisa jadi pemimpin masa depan,'' ucapnya menyarankan.

Sebagai penutup, ia menyerukan: “Siapa yang ingin jadi juragan? Merantau dulu, kerja keras di luar negeri, lalu pulang bangun negeri!”.***



Baca Juga