- Beranda
- Kabar Militer
- Logo Kodam XIX/Tuanku Tambusai Didesain Seniman Riau Jon Kobet
Kodam Baru
Logo Kodam XIX/Tuanku Tambusai Didesain Seniman Riau Jon Kobet
- Sabtu, 13 September 2025 - 21:46 WIB
- Redaktur : Oce E Satria

KLIKMX.COM, PEKANBARU - Komando Daerah Militer (Kodam) ke-19 untuk wilayah Riau dan Kepulauan Riau resmi bernama Kodam XIX/Tuanku Tambusai. Panglimanya, Mayjen TNI Agus Hadi.
Baik nama maupun logo untuk Kodam XIX ini juga sudah resmi digunakan. Logo tersebut menampilkan unsur benteng tujuh lapis, keris, senjata tradisional rakyat seligi, perairan, serta simbol budaya Melayu seperti Lancang Kuning. Siapa perancangnya?
Di-spil oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (Ketum DPH) LAMR, Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil, ternyata desain logo Kodam XIX/TT dibuat oleh seniman dan budayawan Junaidi Syam atas arahan LAMR.
“Makna dari logo itu mencerminkan karakter prajurit yang pantang menyerah, tegak lurus dalam loyalitas, dan siap maju bersama menghancurkan setiap penghalang,” ujar Taufik, Sabtu (13/9/2025).
Ia menyebutkan bahwa sekitar 75 persen dari elemen yang diajukan oleh LAMR diadopsi menjadi logo resmi Kodam XIX/Tuanku Tambusai.
Dijelaskannya, selain logo, penamaan Kodam Tuanku Tambusai juga berasal dari usulan Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) yang disampaikan kepada Korem 031/Wira Bima dalam sebuah rapat pada Ahad, 15 Desember 2024 silam.
Ia mengatakan bahwa usulan tersebut merupakan bagian dari permintaan resmi Korem 031/Wira Bima kepada LAMR.
“Waktu itu kami mengusulkan beberapa nama, termasuk Sultan Mahmud, Hang Tuah, Siak Sri Inderapura, dan Tuanku Tambusai. Namun akhirnya diputuskan menggunakan nama Tuanku Tambusai,” kata Datuk Seri Taufik.
Menurut Datuk Seri Taufik, nama Tuanku Tambusai dipilih karena memiliki nilai historis dan kultural yang kuat. Tuanku Tambusai adalah tokoh Perang Paderi, ulama, dan pemimpin perlawanan terhadap kolonial Belanda yang lahir di Dalu-Dalu, Rokan Hulu, Riau, pada 5 November 1784. Ia dikenal karena kegigihannya memimpin perlawanan di wilayah Riau, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.
Tuanku Tambusai dijuluki “Harimau Paderi dari Rokan” oleh Belanda. Ia wafat di Negeri Sembilan, Malaysia, pada 12 November 1882 dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 1995.
Penamaan dan desain logo tersebut, kata Datuk Seri Taufik, diharapkan tidak hanya menjadi simbol pertahanan, tetapi juga memperkuat identitas budaya serta semangat perjuangan dalam pengabdian kepada bangsa dan negara.
Daftar 6 Kodam Baru
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana mengatakan, pembangunan markas komando untuk enam komando daerah militer (Kodam) baru telah berjalan meski enam kodam tersebut baru saja diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto.
"Persiapan pembangunan Mako sudah dikomunikasikan dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah," kata Wahyu di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Agustus lalu.
Meski menambah Kodam baru, kata Wahyu, tidak diiringi dengan penambahan personel. Pasalnya, di wilayah yang kini memiliki Kodam baru sebelumnya sudah ada komando resor militer (Korem).
“Tidak ada penambahan personel baru untuk organisasi Kodam ini. Kenapa? Karena di wilayah-wilayah yang ada Kodam baru itu sebelumnya sudah ada Korem," sebutnya.
Di mana, apa, dan siapa saja panglima masing-masing 6 kodam baru tersebut? Berikut daftarnya:
1. Kodam XIX/Tuanku Tambusai meliputi Riau-Kepulauan Riau: Mayjen TNI Agus Hadi.
2. Kodam XX/Tuanku Imam Bonjol meliputi Sumatera Barat-Jambi: Mayjen TNI Arif Gajah Mada.
3. Kodam XXI/Radin Inten meliputi Lampung-Bengkulu: Mayjen TNI Kristomei Sianturi.
4. Kodam XXII/Tambun Bungai meliputi Kalimantan Tengah-Kalimantan Selatan: Mayjen TNI Zainul Arifin.
5. Kodam XXIII/Palaka Wira meliputi Sulawesi Tengah-Sulawesi Barat: Mayjen TNI P. Binsar Sianipar.
6. Kodam XXIV/Mandala Trikora meliputi Merauke Papua Selatan: Mayjen TNI Lucky Avianto.
Siapa Junaidi Syam?
Junaidi Syam adalah seniman Riau penerima Anugerah Sagang 2017. Pria yang akrab disapa Jon Kobet itu dipilih panitia Yayasan Sagang setelah menyisihkan empat nominator lainnya, Furqan LW, Fedli Azis, Kunni Masrohanti, dan Hafney Maulana.
Junaidi Syam diketahui memiliki latar pendidikan kesenian. Ia S1 pada Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Fak. Seni Rupa, Jurusan Disain Komunikasi Visual (2003). Ia juga S2 dari Universitas Gadjah Mada, Fak. Ilmu Budaya, Jurusan Antropologi Budaya (2011).
Pria kelahiran Bangkinang, 22 Juni 1974 ini pernah menempuh studi di Fakultas Teknik jurusan Arsitektur di Universitas Lancang Kuning (1993-1996), dipastikan pengalaman itu memberi impuls dalam seni berkesenian selanjutnya.
Berawal dari publikasi kartun, komik, dan komik strip berseri di Riau Pos (sejak tahun 1993). Seterusnya pernah Juara III Lomba Cergam, Dewan Kesenian Riau (Pekanbaru, 1 Oktober 1996); juara I Lomba Kartun Sosro (Yogyakarta, 28 Oktober 1997); juara I Lomba Karikatur Jurnalistik Universitas Soedirman (Purwokerto, 15 Desember 1998); juara Utama Nasional, Lomba Cipta Ilustrasi Buku Cerita Anak-anak Dongeng Nusantara I (Jakarta, 28 Juli 1999); juara II Lomba Disain Kaos Oblong Millenium (Yogyakarta, 28 Oktober 1999); meraih Student Awward in Creative Greeting Card Competition (Jakarta, November 1999); juara IV Sayembara Komik Nasional (Jakarta, 5 Februari 2000); juara I Lomba Disain Logo Kab. Rokan Hulu (Pasirpengarayan, 17 April 2000); juara III Sayembara Komik Nasional (Jakarta, 9 Februari 2001); juara I Sayembara komik Nasional Kemendikbud Pusat (Jakarta, 3 Januari 2002); juara I dan juara II Lomba Sketsa Pekanbaru Heritage (Pekanbaru, 2011) dll.
Aktif melakukan penelitian independen (ekspedisi kebudayaan) maupun kerjasama dengan berbagai institusi dan telah menerbitkan banyak tulisan publikasi serta buku; Ensiklopedia; Trombo Rokan. Taslim F gelar Datuk Mogek Intan & Junaidi-Syam, Garasibumy (1997); Tim peneliti dan penyusun, Ensiklopedia Kebudayaan Melayu Riau, Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan, Universitas Riau (Pekanbaru, 2012); Teromba Tambusai, Dinas Pariwisata Kab. Rokan Hulu (Pasirpengarayan, 2012), dan sebagainya.
Pada 2001 lalu Museum Rekor Indonesia (MURI) menempatkan Junaidi Syam sebagai pemegang rekor melukis kartun terlama di Indonesia. Rekor itu dicapai setelah Junaidi berhasil menyelesaikan lukisan kartun selama tujuh hari tujuh malam.
Selama melukis, Junaidi hanya beristirahat selama lima menit dalam setiap jam. Dengan demikian, pelukis yang akrab disapa Jon Kobet ini tak tidur selama melukis. Untuk melepas rasa lelah dan kantuk, Jon ditemani belasan pelukis yang juga pemberi semangat. Jon juga berpuasa dan ditemani penasihat spritualnya serta tokoh Riau Merdeka Tabrani Rab ketika mengerjakan lukisan tersebut. (*)