Tim Mitigasi BBKSDA Riau Pasang Kamera dan Perangkap di Lokasi Serangan Harimau

  • Sabtu, 02 Agustus 2025 - 18:15 WIB

KLIKMX.COM, PELALAWAN - Tim mitigasi dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau diturunkan ke lokasi terjadinya konflik satwa dengan manusia di areal tanaman akasia Petak 178 Kanal 9, Distrik Merawang, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Sabtu (2/8/2025).

Kepala Bidang Teknis BBKSDA Riau, Ujang Holisudin, menjelaskan tim yang diturunkan ke lokasi akan melakukan empat langkah penting pasca kejadian.
Pertama, tim mitigasi akan berkoordinasi dengan para pihak di tingkat tapak, terutama manajemen PBPH, dalam rangka memastikan kronologis kejadian.

HONDA 2025

Kedua, tim akan melakukan peninjauan dan identifikasi lokasi serta pemasangan camera trap guna mengidentifikasi harimau sumatera yang berkonflik, serta melakukan penilaian dalam rangka penetapan tindak lanjut.
Ketiga, tim mitigasi akan melakukan pemasangan kotak perangkap (box trap) di lokasi kejadian.


“Langkah terakhir, tim mitigasi akan berkomunikasi dengan manajemen untuk melakukan upaya sosialisasi kepada para pekerja dan penerapan SOP,” terang Ujang.

Lebih lanjut, Ujang menjelaskan bahwa tim sudah bergerak ke lokasi. Terkait dokumentasi dan hasil mitigasi, akan disampaikan kembali setelah tim tiba di lokasi.
“Kalau sudah sampai, tim akan melakukan koordinasi awal di kantor distrik,” jelasnya.

Pengerahan tim mitigasi ini merupakan tindak lanjut atas insiden yang dialami seorang pekerja akasia bernama Abdul Susanto (40), yang diserang harimau sumatera di areal tanaman akasia Petak 178 Kanal 9, Distrik Merawang, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Jumat (01/08/2025) sekitar pukul 09.00 WIB.


Abdul, yang merupakan pekerja borongan bagian perawatan akasia PT Theo Charles Ertilizer, mengalami sejumlah luka serius hingga patah tangan.
Korban yang merupakan warga Desa Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Lampung, diserang harimau saat sedang menyemprot gulma bersama dua rekannya, Ridwan Firdaus (42) dan Ujang (45).

Kapolres Pelalawan, AKBP John Louis Letedara SIK menjelaskan bahwa peristiwa bermula ketika korban tiba-tiba berteriak, diikuti suara auman harimau.

Mendengar teriakan tersebut, kedua rekan korban yang berada sekitar 10 meter dari lokasi kejadian langsung berlari menghampiri sambil berteriak dan berusaha menghalau harimau agar menjauh.

Setelah harimau pergi, korban dievakuasi dengan cara digendong sejauh 300 meter menuju kanal terdekat. Korban kemudian dibawa menggunakan ketinting ke Klinik Distrik Merawang untuk pertolongan pertama, sebelum dirujuk ke Puskesmas Teluk Meranti dan akhirnya ke RSUD Selasih Pelalawan untuk penanganan lebih lanjut.

Hasil pemeriksaan tim medis menunjukkan korban mengalami luka robek serius di bagian kepala, pelipis, dan leher, serta patah tulang lengan kanan bagian atas.

“Kami telah berkoordinasi dengan pihak BKSDA Riau dan perusahaan untuk melakukan pengecekan di lokasi kejadian, sekaligus mengantisipasi potensi serangan ulang dari satwa liar ini,” ujar Kapolres Pelalawan.

Anggota di lapangan, ungkap Kapolres, juga telah memintai keterangan para saksi dan akan bersama BKSDA melakukan langkah-langkah pengamanan di sekitar lokasi. Peristiwa ini menambah daftar konflik antara manusia dan harimau sumatera di wilayah Riau, yang habitatnya kian terdesak akibat pembukaan lahan.

“Kami mengimbau masyarakat dan pekerja di sekitar kawasan hutan untuk selalu meningkatkan kewaspadaan dan segera melapor apabila melihat tanda-tanda keberadaan satwa liar di area kerja,” kata Kapolres.(***)



Baca Juga