- Beranda
- Lingkungan
- Gubri Abdul Wahid Bersama Kapolda dan Bupati Tanam Mangrove-Luncurkan Pesantren Ekologi
Peringati Hari Mangrove Sedunia 2025
Gubri Abdul Wahid Bersama Kapolda dan Bupati Tanam Mangrove-Luncurkan Pesantren Ekologi
- Minggu, 27 Juli 2025 - 04:30 WIB
- Reporter : Hendra Bakti
- Redaktur : Armazi Yendra

KLIKMX.COM, INHIL - Gubernur Riau (Gubri) H Abdul Wahid SPi MSi menegaskan komitmen kuat Pemerintah Provinsi Riau dalam menjaga ekosistem pesisir melalui aksi nyata penanaman mangrove dan peluncuran Pesantren Ekologi di Desa Belaras Barat, Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau.
Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia 2025, dan menjadi simbol penting dari sinergi antara pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal. Turut serta bersama mengikuti agenda kerja nyata tersebut yakni Kapolda Riau Irjen Dr Herry Heryawan SIK MH MHum dan Bupati Inhil H Herman SE MT serta para forkopimda.
Dalam sambutannya, Gubernur Abdul Wahid menyatakan bahwa kehadirannya di desa pesisir ini bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk penghormatan kepada masyarakat yang selama ini menjadi penjaga alam dan garda terdepan dalam menghadapi perubahan iklim. ''Rehabilitasi mangrove bukan sekadar kegiatan teknis, tapi langkah strategis menyentuh isu lingkungan, ekonomi, dan keberlanjutan antargenerasi," ujarnya pada Sabtu (26/7/2025) kemarin, saat memimpin kegiatan untuk kepentingan generasi penerus dan masyarakat banyak tersebut.
Ia menegaskan di masa kepemimpinannya, Pemerintah Provinsi Riau tetap konsisten memperkuat wilayah pesisir melalui pendekatan berbasis masyarakat. "Penanaman mangrove bukan hanya upaya menahan abrasi, tapi bagian dari menjaga batas teritorial negara. Pesisir kita telah mengalami abrasi serius akibat deforestasi dan perubahan iklim," kata Gubri.
Sebagai informasi program rehabilitasi mangrove di Riau menunjukkan hasil menggembirakan. Sepanjang 2024, telah direhabilitasi 1.683 hektare hutan mangrove dengan melibatkan 56 kelompok masyarakat. Selain itu, manfaatnya lebih dari 1.100 tenaga kerja lokal diberdayakan dan lebih dari 5,3 juta batang mangrove berhasil ditanam.
Artinya, program ini juga mendorong lahirnya sekolah lapang, pelatihan teknis, hingga kurikulum tematik mangrove di sekolah-sekolah dasar dan menengah. ''Manfaatnya kini mulai terasa. Abrasi di kebun kelapa berkurang, tambak udang dan kerang pulih, dan UMKM pesisir mulai memproduksi sirup, dodol, dan madu berbahan dasar mangrove," ujar Gubri.
Gubri mengungkapkan, Pemerintah Provinsi Riau menargetkan perluasan program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) ke lima kabupaten pada 2025, yakni Indragiri Hilir, Pelalawan, Kepulauan Meranti, Bengkalis, dan Rokan Hilir, dengan total target rehabilitasi mencapai 4.200 hektare.
Dalam kesempatan yang sama, Gubri Abdul Wahid secara resmi meluncurkan Pesantren Ekologi di Desa Belaras Barat, sebagai langkah integratif menggabungkan pendidikan agama dengan aksi pelestarian lingkungan. Peresmian ini dihadiri oleh Forkopimda, tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat desa, hingga komunitas lingkungan.
"Kerusakan alam pesisir perlu ditangani melalui pendekatan holistik yang menyentuh hati dan perilaku generasi muda. Di sinilah peran pesantren ekologi menjadi sangat penting," ujar Gubri.
Dijelaskannya, pesantren ini dirancang sebagai pusat pendidikan dan pelatihan agroekologi berkelanjutan bagi para santri. Mereka akan dilibatkan aktif dalam rehabilitasi mangrove, serta dilatih memahami dampak abrasi, intrusi air laut, hingga perubahan iklim.
"Kami ingin dari desa ini lahir generasi muda yang paham agama dan menjadi pelopor pelestarian lingkungan. Alam dan agama harus berjalan seiring," tegas Gubri.
Acara ini turut dihadiri oleh Kapolda Riau, Bupati Indragiri Hilir, Kapolres Inhil, Dandim 0314/Inhil, Kepala Dinas LHK Provinsi Riau, serta berbagai organisasi lingkungan.
Kepala Desa Belaras Barat, Atan Herman, menyampaikan apresiasi mendalam atas perhatian Gubernur. "Ini energi besar bagi masyarakat untuk bangkit dan menjaga ekosistem mereka," katanya.
Selain sebagai pusat pendidikan, pesantren ini juga diarahkan menjadi pusat riset kecil untuk memetakan ancaman pesisir, seperti penurunan kualitas tanah, pencemaran laut, dan aktivitas ilegal seperti penebangan mangrove.
Acara peresmian ditutup dengan penanaman mangrove secara simbolis oleh Gubernur Abdul Wahid, tokoh masyarakat, para santri, dan pejabat yang hadir. Penanaman ini sekaligus menjadi tonggak gerakan Santri Peduli Lingkungan, sebagai komitmen jangka panjang menjaga kelestarian pesisir demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
"Kita tidak hanya menanam mangrove hari ini. Kita sedang menanam harapan, ketahanan ekosistem, dan masa depan ekonomi pesisir yang lebih tangguh," pungkas Gubri Abdul Wahid. ***