- Beranda
- RIAUSTORIA
- Yuni, Anak Gajah Sumatera yang Terpisah dari Induk Akhirnya Mati
Yuni, Anak Gajah Sumatera yang Terpisah dari Induk Akhirnya Mati
- Selasa, 12 Agustus 2025 - 14:32 WIB
- Reporter : Hendra
- Redaktur : Armazi Yendra

KLIKMX.COM, KAMPAR - Dunia konservasi kembali berduka. Seekor anak gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus), diberi nama Yuni, yang ditemukan terpisah dari induknya di Desa Gunung Mulya, Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, pada 10 Maret 2025 lalu akhirnya tidak mampu bertahan hidup.
Meski telah mendapatkan perawatan intensif dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.
Kepala BBKSDA Riau, Supartono, Selasa (12/8/2025), menyampaikan, berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelamatkan satwa dilindungi tersebut.
Supartono menceritakan, awalnya, petugas Wildlife Rescue Unit (WRU) berusaha mengembalikan anak gajah ke induk dan kelompoknya, namun gagal. Selanjutnya, tim WRU membawa anak gajah untuk dievakuasi ke Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas, Kabupaten Siak, untuk mendapatkan perawatan dan asupan nutrisi.
Namun, selama tiga hari di PLG Minas, anak gajah menolak menyusu susu formula. Kemudian, tim medis mencoba mempertemukannya dengan induk gajah lain di lokasi tersebut, namun upaya itu juga ditolak.
Karena tidak juga diterima di kelompok lainnya, Yuni lalu dibawa ke PLG Sebanga, Kabupaten Bengkalis, dengan rencana menjadikannya anak asuh induk gajah yang baru melahirkan.
“Sayangnya, induk tersebut juga menolak, sehingga pemberian nutrisi hanya mengandalkan buah-buahan,” kata Supartono.
Karena kondisi tersebut, anak gajah yang hiperaktif ini kemudian ditempatkan di kandang khusus dengan pengawasan ketat dari satu dokter hewan dan tiga mahout.
Persisnya, pada Jumat (8/4/2025) kemarin, kondisinya menurun. Sehingga, tim medis memberikan air gula dan elektrolit hingga kondisinya membaik, tetapi pada 10 April sore, kesehatannya kembali memburuk.
“Meski telah diberikan cairan infus dan perawatan intensif, anak gajah tersebut menghembuskan napas terakhir (mati,red) pada 11 April 2025 sekitar pukul 05.00 WIB,” ungkap Supartono.
Menurut hasil nekropsi awal mengindikasikan peradangan lambung dan usus sebagai penyebab kematian. Selanjutnya, sampel organ penting kemudian dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut, termasuk kemungkinan infeksi Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV), namun hasilnya negatif.
Supartono menungkapkan, menurut hasil pemeriksaan histopatologi yang dilakukan di Institut Pertanian Bogor mengungkap tiga penyebab utama kematian, yaitu: karena Pneumonia dan perdarahan paru-paru yang menyebabkan kegagalan pernapasan.
Kemudian, juga disebabkan Gastroenteritis yang memicu dehidrasi, malnutrisi, ketidakseimbangan elektrolit, dan syok hipovolemik.
“Kematian bayi gajah ini juga disebabkan stres berat akibat terpisah dari induk dan kelompoknya, yang melemahkan sistem imun dan memicu kerentanan terhadap infeksi,” terang Supartono.
Supartono menegaskan, BBKSDA Riau akan terus memperkuat langkah pencegahan kematian anak gajah, termasuk pemeriksaan kesehatan rutin, pemberian nutrisi memadai, serta perawatan intensif bagi gajah yang memerlukan.
“Kejadian ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa perlindungan habitat dan populasi gajah sumatera memerlukan kerja sama semua pihak, agar satwa ini tetap lestari di alam liar,” pungkasnya. ***