- Beranda
- X-Travelling
- Zulmansyah: Kita Belajar Sambil Happy-Happy
Studi Jurnalistik PWI Riau ke Bali (bagian-2 habis)
Zulmansyah: Kita Belajar Sambil Happy-Happy
- Rabu, 15 Desember 2021 - 18:03 WIB
Catatan A Kadir Bey
INI hari keempat kami di Bali. Tepatnya, Jumat (10/12/2021). Seperti biasa, Pak Nyoman, guide yang sehari-hari menemani rombongan PWI selalu mengingatkan untuk tersenyum dan bersyukur.
Pak Nyoman memang suka humor. Pagi ini dia bercerita tentang profesi kami, wartawan. Katanya, setelah menemani rombongan PWI, besoknya ada cerita-cerita tentang Bali. “Ada Pak Nyoman di situ. Pak Nyoman bukan orang politik,” katanya bercanda.
“Oh, iya,” kata kami karena sebagian dari kawan-kawan ada yang sudah membuat laporan perjalanan terutama untuk media online.
“Pak Nyoman tau tapi Pak Nyoman pura-pura gak tahu. Soalnya Pak Nyoman bukan orang politik. Kalau orang politik itu butuh bapak-bapak,” ujarnya tertawa memancing rekan-rekan wartawan. Suasana seisi bus pun jadi ceria.
Rencananya pagi ini kami akan bertolak ke kawasan Bedugul. Salat Jumat sekaligus menikmati pemandangan Tanah Lot. Namun sejak malam tadi ada permintaan yang sangat kencang dari peserta tour. Katanya belum ke Bali kalau belum sampai ke Joger.Mereka ngebet ingin ke pusat penjualan kaos dan oleh-oleh legendaris itu.
Usul ini akhirnya sampai juga ke telinga Ketua PWI Riau H Zulmansyah. Akhirnya ide ke Joger diterima.
Joger merupakan tempat wisata belanja oleh-oleh. Terletak di jalan raya Kuta tak jauh dari Bandara Ngurah Rai, Joger terkenal dengan taglinenya: Pabrik Kata-Kata.
Bendahara PWI Riau, Oberlin Marbun tampak sangat menikmati oleh-oleh ala Joger. “Menariknya, produk-produk Joger ini terus berkembang. Apapun kondisinya, Joger bertahan lama,” ujar Om Ober, biasa disapa.
Puas berbelanja di Joger, kami menuju Pura Ulun Danu Bedugul. Lokasinya berada di tepi Danau Beratan. Sesampainya di lokasi, rombongan langsung menuju masjid untuk salat Jumat.
Masjid ini terletak di atas bukit. Untuk sampai ke masjid kami menaiki anak tangga yang cukup tinggi. Namanya Masjid Besar Al Hidayah Candi Kuning Bedugul Baturiti Tabanan Bali. Dari masjid kami selanjutnya makan siang di Ulun Danu Resto Bedugul.
Perjalanan berikutnya, menuju Tanah Lot dan selanjutnya menikmati makam malam di De Jukung Resto. Di sini rombongan menikmati makan malam sambil menyaksikan keindahan sunset di tebing pinggir pantai.
Dialog Pers di PWI Bali
Selain mengunjungi obyek wisata, Ketua PWI Riau H Zulmansyah Sekedang juga membawa rombongan studi jurnalistik bersilaturahmi dengan pengelola media di Bali. Pilihannya ke Bali Tribun. Selain menerbitkan edisi cetak, group ini juga memiliki media online.
Di sela-sela kunjungan, Zulmansyah mengatakan, tujuan studi jurnalistik adalah belajar dari mereka yang mampu bertahan dan survive di masa pandemi Covid-19. Tidak hanya tentang media, tapi juga bagaimana mengelola pariwisata di masa-masa sulit.
“Objek pariwisata bukan hanya untuk tempat happy-happy, tetapi juga membangkitkan ekonomi masyarakat. Jadi kita belajar dan bersilaturahmi sambil happy-happy,” ungkap Zulmansyah yang juga Ketua Pengprov Pordi Riau ini.
Rombongan PWI Riau terdiri 54 orang pengurus PWI provinsi dan kabupaten/kota serta Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) yang dipimpin langsung ketuanya Hj Hastuti Salta.
Kedatangan rombongan di Bali Tribun diterima Pemimpin Redaksi Djoko Purnomo dan Pemimpin Umum Izzarman.
Agenda berikutnya berdialog dengan ketua dan pengurus PWI Bali. Kedatangan rombongan PWI Riau langsung disambut Ketua PWI Bali IGMB Dwikora Putra yang juga Pemred Warta Bali. Dwikora memuji kepemimpinan Zulmansyah dan mengucapkan terimakasih sudah ke Bali karena ini juga membantu perekonomian masyarakat Bali.
Zulmansyah memperkenalkan pengurus PWI Riau. Mulai Ketua Dewan Kehormatan H Dheni Kurnia, Sekretaris H Fendri Jaswir dan anggota Zufra Irwan. Ketua Dewan Penasehat H Helmi Burman dan anggota Said Mustafa Husein.
Dalam sesi dialog, Zufra Irwan yang juga Ketua Komisi Informasi (KI) Riau berdiskusi soal perilaku oknum wartawan yang belakangan dinilai merusak profesi wartawan. Banyak yang mengaku sebagai wartawan tapi tidak taat kode etik.
Merespon hal ini, Ketua PWI Bali Dwikora mengatakan pihaknya sangat selektif dalam penerimaan anggota PWI.
“Kuncinya urus rumah tangga kita (PWI) dengan selektif menerima anggota. Tak mungkin kita memarahi anak tetangga apalagi sampai menampar,” ungkapnya memberi kiasan.***