Kolaborasi Papeda-Ikan Patin, Simbol Silaturahmi Papua dan Riau

  • Kamis, 05 September 2019 - 18:00 WIB


KORANMX.COM, PEKANBARU – Kolaborasi makanan khad Papua, papeda dengan kuliner Riau, asam padeh ikan patin, bagaimana rasanya?

Tanyakan pada Thomas dan Abdul Malik Rumbiak. Keduanya berasal dari Papua yang saat ini tinggal di Pekanbaru. Thomas adalah Ketua Mahasiswa Papua Riau (Himapari), dan Rumbiak atau akrab disapa Pace adalah karyawan yang bekerja di Universitas Islam Riau (UIR).


''Salah satu makanan pokok masyarakat Papua adalah papeda yang terbuat dari sagu. Tidak jauh dengan makanan khas melayu berupa Sagu Sempolit dan mie sagu. Jadi biasa kami makan Papeda dengan kuah ikan ekor kuning. Tapi sekarang kami berada di Pekanbaru jadi makan dengan kuah padeh ikan patin,'' tutur Thomas saat menggelar makan bersama dengan menyantap makanan Papeda dengan kuah asam padeh ikan patin.


Makan bersama tersebut digelar bertepatan tahun baru 1 Muharram 1441 Hijriyah di kantin Universitas Islam Riau (UIR) baru-baru ini.

Papeda dikenal luas dalam tradisi masyarakat adat Sentani dan Abrab di Danau Sentani dan Arso, serta Manokwari. Makanan ini kerap hadir pada saat acara penting yang sedang berlangsung di wilayah-wilayah tersebut. Sehingga, papeda masuk dalam daftar kuliner bersejarah yang dibuat dalam tradisi masyarakat setempat.

Papeda, makanan khas dari Papua

Sementara olahan ikan patin dari asam padeh khas Padang adalah rasa yang manis, asam, dan pedas. Kombinasi tiga rasa bisa Anda cicipi mulai dari kuahnya yang kental dan coklat kekuningan, hingga ke semua bagian daging. Daging ikan patin yang lembut akan tetap utuh namun rasanya sangat meresap.

Asam padeh ikan patin

Menurut Thomas, dengan kolaborasi dua makanan khas daerah Papua dengan Riau menjadi simbol persahabatan dengan masyarakat Riau,
Guna mempererat hubungan silaturahmi masyarakat Riau dengan mahasiswa Papua yang sedang studi di Pekanbaru.
     
Thomas yang didampingi, tokoh masyarakat  Papua, Abdul Malik Rumbiak menuturkan bahwa acara ini sebagai simbol persaudaraan sesama warga negara Indonesia dan satu tumpah darah Indonesia.
   
Maka Papeda yang dihidang dengan kuah asam padeh ikan patin yang merupakan kolaborasi Papua di Tanah Melayu, dinikmati dengan cita rasa nikmat tersendiri.

Bahkan jika Anda ingin mencicipi papaeda, Anda dapat langsung menikmatinya di kantin milik Pace di kawasan kampus UIR, Pekanbaru. Pace memang telah lama menetap di Pekanbaru dan bekerja sebagai sekuriti di kampus UIR.  Waktu 25 tahun telah membuatnya tak lagi merasa asing di bumi Melayu sejak 25 tahun lalu. Ia merasa telah menyatu dengan masyarakat Riau.
   
''Kepada mahasiswa Papua yang menempuh studi di Riau untuk bisa menyatu dengan masyarakat Riau di Tanah Melayu, yang mestinya ingat semboyan di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung,'' imbau Pace selaku salah satu tokoh masyarakat Papua di Riau.
     
Ia berharap kepada mahasiswa untuk tetap fokus studi dan dapat menggapai cita–cita yang diinginkan karena pemerintah sudah mengeluarkan banyak biaya memberi beasiswa kepada mahasiswa Papua. Oleh karena itu tetaplah berikan yang terbaik buat negara dan bangsa Indonesia.
   
“Untuk masyarakat Riau, khusus masyarakat Melayu, terimalah kami di Tanah Melayu ini dan sapalah kami jika kami salah dan silaf. Jangan bedakan kami karena kita saudara sebangsa dan setanah air,'' timpal Thomas. ***



Baca Juga