Kementan, BPPSDMP Latih Petani Riau Kelola Administrasi dan Keuangan

  • Jumat, 26 Agustus 2022 - 21:39 WIB


KLIKMX.COM, PEKANBARU – Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), menggelar pelatihan bagi para petani kelapa sawit di Provinsi Riau.

Pelatihan ini sebagai upaya mengoptimalkan penghasilan petani, dengan memberikan pemahaman administrasi dan pengelolaan keuangan.


Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan, luas komoditi kelapa sawit di Provinsi Riau seluas 3,38 juta hektare. Posisi Riau juga merupakan pemilik kebun kelapa sawit nomor satu di Indonesia yang luasnya mencapai 16,8 juta hektare (20,08 persen).


Atas dasar itu, sebanyak 58 orang petani di Provinsi Riau diberikan pelatihan dari pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS).

Agar pelatihan mengena, pihak BPDP-KS turut menggandeng Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi Bogor, UPT Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, yang digelar sejak tanggal 23-27 Agustus 2022 di Hotel Grand Zuri Pekanbaru.

Kepala PPMKP Ir Yusral Tahir, MAgr langsung bertindak membuka kegiatan tersebut, turut menyaksikan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau Ir Zulfadli.


Pada kegiatan ini, panitia menghadirkan pemateri yang merupakan pengajar TIM Widyaiswara dari PPMKP Ciawi dan Dinas Perkebunan Provinsi Riau.

Para petani diberikan kurikulum pelatihan terbagi dalam 3 kelompok, yakni kelompok  dasar, inti, dan penunjang, dengan materi materi dari Kelompok dasar adalah materi Kebijakan Pengembangan SDM Pertanian dan Kebijakan Program Pengembangan Kelapa Sawit di Provinsi Riau.

Sedangkan materi yang diberikan untuk kelompok inti yakni, pembukuan, administrasi keuangan, pengelolaan kredit (pengajuan dan lengembaalian), penyusunan proposal usaha, administrasi produksi, mekanisme penetapan harga TBS, dan pengelolaan simpan pinjam.

Selanjutnya, materi kelompok penunjang yaitu, building learning commitment), overview dan integrasi (BLC).

Dijelaskan Kepala PPMKP Ciawi Ir Yusral Tahir, MAgr, bahwa kelembagaan bagi petani sangat penting dan petani perlu berkelompok. Sehingga peruntukan kelembagaan ini tidak hanya untuk komunitas petani kelapa sawit tapi juga untuk komunitas petani lainnya.

“Karena kalau kita sendiri-sendiri, individualis, harga bukan petani yang tentukan. Jadi satu hal yang aneh, petani kita yang menanam, mengerjakan, memupuk. Tapi yang menentukan harga bukan petani, tapi tengkulak (di tingkat lokal),” katanya.

Dengan program ini, maka BPDP-KS bersama PPMKP Ciawi terus berupaya membantu agar petani bisa menganalisa hasil usaha. Sehingga uang yang diterima petani bisa digunakan untuk usaha yang terprogram.

“Pelatihan ini diikuti oleh 58 orang pekebun yang berasal dari Kabupaten Pelalawan sebanyak 31 orang dan Kabupaten Kampar sebanyak 27 orang. Bagaimanapun petani juga perlu pengetahuan pelatihan administrasi dan keuangan,” jelasnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menjelaskan, pelatihan ini digelar karena Kementan menyadari peran sawit menjadi penyumbang devisa negara dari nilai ekspor yang terus meningkat.

Selain itu, dengan kegiatan ini diharapkan dapat menjadi penggerak perekonomian daerah, menyerap tenaga kerja dan mendukung pengentasan kemiskinan di perdesaan.

“Pada 2018, luas perkebunan sawit mencapai 14,7 juta hektare dan 6 juta hektare atau 40,9 persen di antaranya, merupakan perkebunan sawit rakyat,” kata Dedi.

Merespon tujuan pelatihan ini, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Zulfadli menyambut baik atas dilaksanakannya kegiatan tersebut. Pelatihan itu katanya, bertujuan mendukung upaya pemerintah dalam menjaga peran perkebunan kelapa sawit pekebun secara berkesinambungan.

Dukungan ini juga sejalan banyaknya ditemukan kendala menghadapi pelaksanakan pembangunan dan pengembangan sektor perkebunan yang berkelanjutan.

“Konsep-konsep pembangunan untuk mengatasi berbagai permasalahan seperti rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan petani, secara bertahap terus diupayakan. Solusinya, antara lain dengan memberikan pelatihan teknis maupun non teknis kepada para petani,” ujarnya.

Artinya, tidak bisa dipungkiri bahwa perkebunan kelapa sawit merupakan penggerak utama atau pilar utama ekonomi Riau, karena sebarannya yang sangat luas dan melibatkan 823.026 KK petani (data tahun 2019).

Penjelasannya, jika diasumsikan 1 KK terdiri dari 4 orang, maka sekitar 3,37 juta orang menggantungkan hidupnya dari sektor perkebunan, atau sekitar 52,7 persen dari jumlah penduduk di Provinsi Riau yang sebanyak 6,8 juta orang.

Karena itu melihat luasnya kawasan perkebunan rakyat di Provinsi Riau, Zulfadli mengatakan, pemerintah memiliki tugas untuk dapat meningkatkan kesejahteraan bagi para petaninya. Sehingga tujuan akhirnya yaitu mampu mewujudkan kesejahteraan petani dan terus meningkat dari waktu ke waktu.

“Saya yakin kegiatan pelatihan ini akan memberi manfaat dalam meningkatkan sistem tata kelola administrasi dan keuangan pada kelembagaan pekebun yang berkesempatan mengikuti pelatihan ini,” ungkapnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan ,di masa mendatang sawit akan menjadi pilihan yang diorientasikan pada bahan bakar nabati yang sudah dikembangkan menjadi energi baru terbarukan. 

Untuk itu penting  diversifikasi produk sawit yaitu membangun agenda perkebunan menjadi sumber kehidupan bagi perkebunan yang lebih besar bermanfaat atau berdampak pada kesejahteraan petani atau pekebun sawit.(***)



Baca Juga