BKSDA Riau Gunakan Potongan Kaki Sapi Umpan Harimau 'Sampali' di Pulau Muda-Pelalawan

  • Kamis, 03 Juli 2025 - 16:25 WIB

KLIKMX.COM, PEKANBARU - Potongan bangkai kaki sapi digunakan tim Mitigasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, sebagai umpan untuk menangkap harimau yang terlibat konflik dengan ternak warga di Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan.

Penggunaan bangkai kaki sapi tersebut, merupakan potongan kaki ternak warga yang telah dimangsa sebelumnya. “Laporan serangan harimau kepada ternak warga kami terima pada Senin (30/6/2025) dari staf konservasi PT Arara Abadi Distrik Merawang,” ungkap Kepala BBKSDA Riau, Supartono SHut MP, dalam keterangannya, Kamis (3/7/2025).

HONDA 2025

Menurut laporan, bangkai sapi dewasa tersebut ditemukan di kebun warga, yang diduga kuat merupakan korban serangan harimau. “Laporan yang kami terima menyebutkan adanya bangkai sapi dengan luka khas serangan predator besar. Dugaan sementara, serangan berasal dari harimau,” ujar Supartono.


Merespons laporan tersebut, Tim dari Seksi Konservasi Wilayah I Pelalawan langsung berkoordinasi dengan Kepala Bidang KSDA Wilayah I. Selanjutnya, proses mitigasi dilakukan empat personel dari Resor Kerumutan Utara yakni Ahmad Fitriansyah SSi, Siswiyono, Ali Sonang Harahap, dan Bangkit Ahmad bersama tim dari perusahaan dan masyarakat setempat.

Tepatnya hari Selasa (1/7/2025), tim gabungan tiba di lokasi dan segera memasang kamera pengintai (camera trap) dan perangkap (box trap) di sekitar tempat ditemukannya bangkai sapi. ''Untuk menarik perhatian harimau, tim menggunakan potongan kaki belakang sapi sebagai umpan yang sebelumnya telah di mangsa harimau,” kata Supartono. 

Esoknya, pada Rabu (2/7/2025) hasil rekaman camera trap menunjukkan kemunculan seekor Harimau Sumatera jantan dewasa yang tampak mondar-mandir di sekitar perangkap. Namun sayangnya, harimau tersebut tidak masuk ke dalam box trap.


“Dari hasil rekaman, kami mengenali individu harimau itu sebagai ‘Sampali’, seekor harimau jantan dewasa yang sebelumnya sudah beberapa kali terekam di bentang alam Kerumutan,” kata Supartono.

Mantan Kepala TNTN ini menduga, harimau tersebut enggan masuk ke dalam perangkap karena ukuran box trap yang kurang besar dan tidak meyakinkan bagi satwa sebesar Sampali.

Menurutnya, lokasi konflik berada cukup dekat dengan pemukiman warga, namun masih dalam kawasan jelajah alami harimau. Lanskap Kerumutan sendiri, sambung dia, dikenal sebagai habitat penting Harimau Sumatera, dengan populasi yang relatif tinggi.

Kuat dugaan, lanjut Supartono menjelaskan, konflik tersebut terjadi karena harimau tersebut menemukan sapi warga yang dilepasliarkan tanpa pengawasan, sehingga menjadi sasaran mangsa. “Ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua,” tegasnya.

Sebagai langkah antisipatif, Supartono juga mengimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan. Masyarakat diminta tidak panik, tetap beraktivitas dalam kelompok, menghindari bepergian seorang diri.

“Agar konflik dengan harimau tidak menyasar manusia, kami mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas pada jam-jam harimau aktif berburu makanan. Terutama saat sore hingga malam hari, dan masyarakat dapat menjaga ternak dalam kandang tertutup serta aman,” pesan Supartono.

Harimau Sampali, jelas dia, sudah beberapa tahun belakangan menghuni kawasan ini. Sehingga, pihaknya akan terus memantau pergerakannya dan mengevaluasi ukuran perangkap agar penanganan bisa lebih efektif.

“Kami akan terus berupaya melakukan langkah-langkah strategis dan antisipatif guna mencegah konflik lanjutan antara manusia dan satwa liar, serta menjaga kelestarian ekosistem penting di wilayah tersebut,” pungkas Supartono. ***

 



Baca Juga