Desa Tertua Melejit di Tangan PHR, Miliki Sejarah Kaya dan Unik

  • Selasa, 28 Oktober 2025 - 15:56 WIB

Penulis: Irvan Zaiza

DESA ini tercatat menjadi desa tertua di Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Namanya Desa Balai Pungut. Belakangan geliat desa ini makin menunjukkan gairah untuk menjadi ikon baru destinasi wisata di Kota Terubuk. 

HONDA ATAS (hut Pelalawan)

Dari namanya saja, rasa penasaran sudah menggelitik sampai di gendang telinga. Desa ini, menguak tabir sebagai desa dengan simpanan keindahan alam serta keramahan penduduknya yang mengagumkan.

Saya bersama puluhan wartawan pada Rabu 8 Oktober 2025 lalu berkesempatan mengunjungi desa nan elok rupa ini. Langit cerah ketika kami menapak kaki di sini. Aura eksotis terasa, begitu mata saya melihat Sungai Mandau yang menawarkan keindahan alam dengan pohon-pohon yang rindang dan aliran sungai yang sejuk. Saya tak sabar ingin menikmati lebih banyak lagi spot wisata di sini. 

Menurut penduduk setempat, nama desa "Balai Pungut" bermakna "tempat memungut" yakni dari kata "Balai" yang berarti tempat dan "Pungut" yang berarti memungut atau pungutan. Diceritakan para tetua desa bahwa Balai Pungut diartikan sebagai tempat pemungutan pajak atau iuran warga. Desa ini, dulunya dijadikan tempat untuk mengumpulkan hasil alam, kemudian diserahkan ke kerajaan Siak Sri Indrapura. 

Desa Balai Pungut terdiri dari dua Dusun yaitu Dusun Balai dan Dusun Pungut. Desa ini berada cukup jauh dari pusat kota Duri. Untuk sampai ke desa ini dari pusat kota Duri kita bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan waktu tempuh sekitar 45 menit dengan jarak tempuh sekitar 35 kilometer. 

Sebelum sampai ke desa ini, kita disuguhkan dengan pemandangan yang memukau dan jalan perbukitan menghidupkan jiwa petualang yang lama terpendam.

Perbukitan yang menjulang tinggi dengan hijaunya tanaman sawit dan ekosistem hutan lainnya, menawarkan pengalaman tak terlupakan. Dari tracking hingga fotografi, perbukitan menawarkan berbagai aktivitas untuk memuaskan rasa petualangan. Setiap sudut Desa Balai Pungut menawarkan cerita unik tentang keindahan alam dan kekuatan manusia.

Setiap jarak yang ditempuh membawa pemandangan spektakuler dan kesempatan untuk terhubung dengan sejarah perkembangan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Wilayah Kerja (WK)  Rokan di Kota Duri, Provinsi Riau serta sejarah perkembangan agama Islam pertama di Desa Balai Pungut pada masa Kerajaan Siak Sri Indrapura.

Penduduk lokal yang mayoritas Melayu dan muslim tersebut,  memanfaatkan keunggulan desa untuk terus berkembang. Hingga saat ini, masyarakat Balai Pungut bisa tersenyum lega, karena desa yang dulunya menjadi tempat menyimpan upeti, kini disulap menjadi destinasi yang banyak dikunjungi oleh masyarakat luar.

Monumen Tugu Nasi Kunyit Panggar Telor Simbol Sejarah Dan Budaya Ditanah Melayu

Jalan hitam yang membentang keindahan aspal membuat perjalan menuju landmark Desa Balai Pungut semakin menarik.
Aspal hitam membentang luas, menghubungkan desa-desa dan dusun-dusun sebagai simbol koneksi kemajuan pembangunan. 

Jalan ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang, mengantarkan kita menuju monumen sejarah  bagi masyarakat Balai Pungut dan PT PHR Wilayah Kerja Rokan. Monumen sejarah  itu, berupa Tugu Nasi Kunyit Panggar Telor dan Makam Tuan Syekh H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi Bin Encik Coteih, ulama besar yang  menyebarkan agama Islam dengan jalur Thariqat Naqsyabandi pertama di Distrik Mandau.

Di jantung desa, terdapat sebuah tugu yang bukan hanya sebagai landmark, tetapi sebagai simbol kekayaan sejarah, budaya dan keindahan Desa Balai Pungut.

Monumen Tugu Nasi Kunyit ini dibuat sebagai histori antara perkembangan wisata atau lebih dikenal dengan Wisata Tepian Batang Mandau dan sejarah pertama masuknya PT Caltex Pacific Indonesia (CPI) yang sekarang sudah berganti nama menjadi PT Pertamina Hulu Rokan Wilayah Kerja Rokan Provinsi Riau pada tahun 1932.

Peralihan nama dari PT CPI menjadi PT PHR WK Rokan memiliki perjalanan panjang dalam mengelola Blok Rokan. Pengambilalihan pengelolaan Wilayah Kerja (WK) Rokan dilaksanakan pada 9 Agustus 2021 lalu. 

Pengambilalihan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya migas nasional. Meski lapangan minyak di wilayah kerja tersebut baru berproduksi pada 1951, namun jejak awal PT CPI di Blok Rokan sudah dimulai pada tahun 1924 atau 101 tahun yang lalu.

Majrun, sosok berpengaruh  di bidang sejarah dengan kiprah dan dedikasinya, telah memberikan kontribusi besar bagi masyarakat Balai Pungut.  Ia tertati-tati menjelaskan saat puluhan wartawan menanyakan terkait ikon Desa Balai Pungut serta Pelabuhan Pertama di Desa Balai Pungut. 

"Di mana pada dahulu, sebelum ada jalan lintas, maka Sungai Mandau inilah,  jadi transportasi masuk dan keluarnya orang orang maupun barang milik PT Caltex Pacific Indonesia," kata Ketua BUMDes Tuah Melayu, Majrun kepada Klikmx.com, Rabu (8/10/2025) lalu.

Majrun yang merupakan mantan Kepala Dusun Pungut menceritakan bahwa Tugu Nasi Kunyit bukan hanya sebagai simbol sejarah PHR yang berdiri kokoh di tepi Sungai Mandau, melainkan juga simbol persahabatan abadi bagi masyarakat dan PHR.

"Nasi Kunyit Panggar Telor kalau di adat Melayu melambangkan persahabatan, perdamaian serta ucapan selamat datang bagi tamu," ulasnya. 

Makam Tuan Syekh H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi Jejak Spiritual di Tanah Melayu

Desa Balai Pungut tidak hanya menyimpan tabir dan eksotisme keindahan alam, tetapi ada jejak spiritual di tanah Melayu yang tidak lekang oleh waktu, bahkan ajaran terus berkembang sampai ke pelosok desa. Jejak spiritual yang dimaksud adalah Makam Tuan Syekh H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi. 

Tokoh yang lahir pada 1878 Masehi ini merupakan seorang ulama terkemuka dan penyebar ajaran Islam melalui Tarekat Naqsyabandiyah di wilayah Mandau pada masa Kerajaan Siak Sri Indrapura.

Tuan Syekh H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi berperan penting dalam mengembangkan ajaran Islam di wilayah Mandau. Ia memperkenalkan Tarekat Naqsyabandiyah pada tahun 1925 di Desa Beringin dan kemudian dikembangkan di Desa Balai Pungut pada tahun 1936. Ia juga diangkat oleh Datuk/Camat "Entol" di Desa Beringin. 

Pada tahun 1931 M, Tuan Syekh H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi mengajukan permohonan kepada Sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura untuk mendapatkan izin dalam mengembangkan ajaran agama Islam dengan Tariqhat Naqsyabandi di wilayah Kecamatan Mandau. Setelah menguji dan diteliti ajaran yang dikembangkan oleh Tuan Syekh H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi ini, Sultan Siak pada masa itu, mendapati bahwa ajaran ini, benar-benar menurut syariat dan tidak pula mendatangkan pertentangan terhadap kerajaan. Dengan pertimbangan inilah, Sultan kemudian memberikan izin.

Dalam menjalankan kewajiban dan ajaran Islam, Tuan Syekh H Imam Sabar mendapatkan hambatan dari masyarakat setempat. Pertentangan tersebut datang dari Suku Minas, Penaso, dan Belutu. 

Dengan keteladanannya, banyak masyarakat mendapatkan pencerahan spiritual dan memahami ajaran agama islam dengan baik. Usahanya, berangsur-angsur mengubah kepercayaan masyarakat dari yang asli/primitif yaitu animisme dengan menanamkan kesadaran untuk berakidah yang berlandaskan Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. Akhirnya,  perjuangan Tuan Syekh H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi membuahkan hasil. Suku-suku sakai dan suku Akik Peguling telah banyak yang menganut ajaran agama Islam bahkan mematuhi ajaran Tariqhat Naqsyabandi.

Makam Tuan Syekh H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi menjadi simbol penting dalam sejarah penyebaran Islam di Riau. Ia tidak hanya berperan sebagai ulama, tetapi juga sebagai pemimpin spiritual yang membimbing masyarakat dalam menjalankan ajaran Islam.  

Makam ini, menjadi destinasi wisata sejarah, bagi  yang ingin mencari pengalaman spiritual dan mendalami ilmu agama Islam dengan aliran Tarekat Naqsyabandiyah. 

Makam Tuan Syekh H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi terletak di Dusun Balai, hanya tujuh sampai sepuluh menit menuju makam bersejarah bagi masyarakat Balai Pungut, kalau kita berada di Wisata Tepian Batang Mandau. 

Ajaran Tuan Syekh H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi tentang zikir khafi dan pentingnya menjalankan syariat Islam dengan sungguh-sungguh telah memberikan dampak positif bagi banyak orang.

Dengan demikian, makam Tuan Syekh H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi bukan hanya menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi beliau, tetapi juga simbol dari warisan spiritual yang berharga bagi masyarakat Melayu Duri Kabupaten Bengkalis.

Tuan Syekh H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi berpulang kerahmatullah pada  7 Mei 1960 dan dimakamkan di Desa Balai pungut. Di sebelah makamnya juga terdapat makam anaknya yaitu Syekh Usman Bin H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi yang wafat pada tahun 1993 M.

Cucu Kandung Tuan Syekh H. Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi, Majrun menceritakan bahwa selama hidupnya, beliau fokus menyebarkan agama Islam.

"Dia ulama yang bersahaja dan kharismatik, sehingga ajaran beliau diterima oleh masyarakat Mandau. Berkat ketekunan beliau, ajarannya berkembang sangat luas, sampai ke pelosok desa se-Provinsi Riau," ujar Majrun saat menjelaskan di hadapan puluhan wartawan, Rabu (8/10/2025).

Majrun kembali mengingatkan perjuangan kakeknya, dari tahun 1925 masuk ke Desa Balai Pungut sampai berkembang saat ini. Dari Syekh H Imam Sabar dilanjutkan perjuangan oleh anaknya Syekh Usman Bin H. Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi. Setelah anaknya wafat, perjuangan menyebarkan Agama Islam tidak berhenti di situ saja, kemudian dilanjutkan oleh adiknya, Syekh H Zakaria. 

Pada waktu, Syekh H Zakaria menyebarkan ajaran Thariqat Naqsyabandi di Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak. Setelah Syekh H Zakaria meninggal digantikan oleh anaknya Syekh Abdurahman yang merupakan  orang tua dari Majrun.

Sebagai jasa Tuan Syekh H Imam Sabar, dan anaknya Syekh Usman, Pemerintah Kabupaten Bengkalis merenovasi makam penerus khalifah yang menyebarkan ajaran Thariqat Naqsyabandi di Kabupaten Bengkalis. 

"Sekitar tiga tahun lalu, makam kakek saya di rehap oleh Pemda, pertanda pemerintah setempat memperhatikan jasa perjuangan beliau untuk umat," paparnya.

Sampai sejauh ini, ajaran Tariqhat Naqsyabandi di Balai Pungut terus berkembang, dihati masyarakat bukan hanya sejarah, tetapi panutan hidup dengan ajaran yang diterapkan oleh beliau yaitu ajaran agama Islam. 

"Banyak juga masyarakat lain yang ziarah ke makam kakek saya, bahkan ada  Bupati dan  bapak Kapolres. Bahkan setiap tahun kami melaksanakan haul untuk mengenang jasa guru besar," jelasnya. 


PHR Hidupkan Wisata Desa Balai Pungut, Rakyat Bahagia, Ekonomi Masyarakat  Meningkat 

Desa Balai Pungut Kecamatan Pinggir, kini menjadi destinasi wisata yang menarik berkat bantuan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Wilayah Kerja Rokan. Program pengembangan wisata yang dilakukan PHR tidak hanya meningkatkan ekonomi masyarakat, tetapi juga membawa kebahagiaan bagi rakyat setempat.

Desa dengan nilai budaya dan adat Melayu yang kuat, memiliki potensi besar dalam pengembangan wisata berbasis kearifan lokal. Nilai-nilai budaya Melayu tercermin dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, seperti tradisi gotong royong, kesenian tradisional, adat istiadat, serta keramahan masyarakatnya terhadap pendatang. 

Implementasi Program Desa Wisata dan Desa Kreatif menjadi salah satu upaya strategis untuk menjaga kelestarian budaya dan adat Melayu, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pengembangan potensi wisata budaya, kuliner, dan ekonomi kreatif yang berakar pada tradisi lokal. Salah satu inisiatif yang dijalankan oleh Pertamina Hulu Rokan Zona Rokan dalam program CID adalah Program Desa Wisata dan Desa Kreatif Balai Pungut, yang diluncurkan pada tahun 2025. 

Program ini termasuk dalam tiga pilar utama PHR, yaitu pilar ekonomi (penciptaan lapangan kerja baru), pilar kesejahteraan/wellbeing (peningkatan kapasitas masyarakat), dan pilar sosial (aktivasi Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis).

PHR Zona Rokan terus melakukan pendampingan agar destinasi wisata di Desa Balai Pungut terus berkembang. Salah satunya adalah, pembinaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang diakui oleh pemerintah maupun perusahaan. Pembentukan kepengurusan Pokdarwis ini, nantinya  akan menjadi motor penggerak utama dalam pengembangan dan pengelolaan desa wisata Desa Balai Pungut.

Erwin, Ketua Pokdarwis Tepian Batang Mandau, sosok muda dan energik diharapkan mampu mengembangkan wisata Tepian Batang Mandau. Ia ditunjuk mewakili 2.237 jiwa dari jumlah masyarakat Balai Pungut, untuk mengkordinir agar objek wisata Balai Pungut dan sarana prasarana terus bertambah. 

Berkat kegigihannya, kreatifitas dan kerjasama dengan pemerintah setempat, wisata Tepian Batang Mandau kini, menjadi tujuan utama masyarakat lokal maupun luar daerah untuk menyaksikan keindahan alam, budaya dan sejarah perkembangan Islam.

Saat wartawan diajak Erwin menyisir Sungai Mandau menggunakan sampan motor, awalnya, grogi terasa saat menaikinya, namun, berkat keahlian dirinya, rasa canggung pun hilang. Ia menjelaskan detail demi detail tentang ekosistem flora dan fauna yang berada di areal sungai yang menghubungkan Kabupaten Siak dan Kabupaten Rohil itu.

Sungai Mandau yang indah dan tenang menjadi destinasi yang sempurna untuk melakukan perjalanan menyusuri sungai dengan menggunakan sampan motor. Sensasi berlayar diatas sungai berwarna coklat menawarkan keindahan alam, dengan berbagai macam flora dan fauna. Pepohonan hijau yang rimbun dan burung-burung berkicau menjadi salah satu contoh keindahan alam yang dapat dinikmati di Desa Balai Pungut. Keindahan alam dapat membantu mengurangi stress dan meningkatkan kesehatan mental, sehingga  merasa lebih bahagia dan seimbang.

Air Sungai Mandau yang tenang bisa dimanfaatkan  untuk memancing. Memancing di sungai bukan hanya sekadar hobi, tapi juga sebuah cara untuk menikmati keindahan alam dan menguji kesabaran. Dengan keindahan alam yang memesona dan ikan-ikan yang berlimpah, memancing di sungai menjadi aktivitas yang mengasyikkan.

Ketika menyisir sungai ini, suasana tenang semakin terasa,  hembusan angin membuat hati semakin tenang. Apalagi kita melihat ke arah turap yang tertata rapi, membuat pesona Wisata Tepian Batang Mandau semakin bersinar.

Bagi yang hobi memancing,  spot di Tepian Batang Mandau solusinya, banyak warga lokal maupun luar  menghabiskan waktu luang untuk memancing,  bahkan ada nelayan yang sedang menaiki sampan motor sembari menebar lukah. Bagi masyarakat yang hendak ke sini akan terpuaskan dengan pesona alamnya yang merupakan surga bagi para pemancing. Spot memancing luar biasa ada di bawah pohon yang rindang, membuat pemancing tak kepanasan saat panas melanda.

Para pemancing pasti tidak bosan memancing di sini, karena spot sangat bagus, ikan banyak, karena sungai dijaga dengan baik. 

"Berbagi iven sudah kami lakukan, mulai dari lomba memancing, pacu sampan dan menyisir indahnya sungai mandau ini," jelas Erwin.

Erwin menceritakan, masyarakat  Balai Pungut sebagian besar nelayan dan bertani, terkadang, mereka mencari ikan sampai larut malam. 

Kalau Sungai Mandau ini surut, ada spot menarik di hilir sungai ini, terdapat pasir putih berkilau seperti berlian untuk berswafoto. 

"Jadi banyak potensi wisata yang dikembangkan di sini. Insyaallah masyarakat yang berkunjung ke sini, tidak akan bosan, karena banyak spot yang menarik," ungkapnya. 

Bagi yang ingin bersantai mengajak keluarga ke Tepian Batang Mandau, merupakan langkah tepat, karena terdapat gazebo. Gazebo yang berderet  panjang depannya terdapat pepohonan,  dipastikan tempat sempurna untuk beristirahat dan melepaskan penat dan menghilangkan stres. Para pengunjung juga dihadapkan dengan sungai yang tenang dan pepohonan yang indah. 

"Sewa gazebo cukup murah hanya Rp20.000 sampai puas.  Ketika pengunjung lapar juga tersedia makanan, baik makanan kas melayu seperti nasi kuning, maupun makanan pada umumnya," jelas Erwin.

Jika pengunjung ingin menggali potensi sejarah, terdapat sebuah rumah adat pertama di Riau yaitu Selaso Jatuh Kembar. Rumah adat ini berbentuk panggung dengan atap A dua tingkat dan persilangan atap (Sulo Bayung) serta sudut kaki atap (Sayok Layangan).

Ciri khas rumah adat kebanggaan masyarakat Melayu Balai Pungut ini adalah ornamen emas, dinding kayu berwarna coklat tua, genteng merah marun. Terdapat tiga warna, yang disebut Triwarna Melayu (warna kuning, hijau dan merah).

"Rumah adat Selaso Jatuh Kembar digunakan masyarakat kami untuk upacara adat dan musyawarah," ujarnya. 

Kehadiran CSR PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Wilayah Kerja Rokan  di Desa Tertua, awal cikal bakal berkembang menjadi desa Wisata. Di mana tahun 2018 terdapat monumen sejarah yaitu Tugu Nasi Kunyit serta Ruang terbuka Hijau.

Usai dipoles, perkembangan desa semakin nyata, terdapat peningkatan pengunjung serta UMKM terus berkembang. iven-iven untuk mendongkrak pendapat masyarakat setempat terus digalakkan. Masyarakat Balai Pungut bisa sejahtera karena banyak cuan masuk, mulai dari pengelolaan parkir,  biaya masuk sampai produk UMKM dari masyarakat lokal.

Penjabat Kepala Desa Balai Pungut Aisah S Pd menyampaikan rasa terima kasih atas kontribusi nyata dari PT PHR Wilayah Kerja Rokan. 

Dukungan bukan hanya memberikan bantuan, tetapi juga melakukan pembinaan masyarakat melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Balai Pungut.

"Mulai pembekalan bagaimana menciptakan objek wisata baru, sampai pembinaan pengembangan UMKM. CSR diberikan sangat bermanfaat dalam meningkatkan Wisata Tepian Batang Mandau," ujarnya.

Baru baru ini, perusahaan yang bergerak di industri migas itu, kembali memberikan dukungan pengembangan destinasi wisata di Desa Balai Pungut. Dukungan yang diberikan, membuat wisata Tepian Batang Mandau semakin berkilau, dengan pengembangan sarana dan prasarana wisata. Salah satunya melalui pemberian bantuan berupa tiga unit sampan fiber lengkap dengan alat dayung, pelampung keselamatan (life jacket), serta delapan set alat pancing. Dukungan untuk pengembangan wisata, PHR wujudkan dengan penyerahan tiga unit sampan, delapan set alat pancing, 10 dayung, dan 10 pelampung untuk menunjang kegiatan wisata sungai.

Dengan bantuan PHR, Desa Balai Pungut kini memiliki sarana wisata yang memadai, sehingga meningkatkan kenyamanan dan keamanan wisatawan. 

"Program pengembangan wisata yang dilakukan PHR telah membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat bisa terwujud," kata Aisyah.

Sumber pemasukan masyarakat Balai Pungut hingga saat ini, tidak hanya tergantung pada nelayan saja, melainkan dari sektor wisata maupun UMKM.  Tiket masuk sebesar Rp5000 dan UMKM terus berkembang. Kalau ada iven pacu sampan atau lomba memancing diperkirakan perputaran uang mencapai 90 juta rupiah," ujar Aisyah.

Untuk ke depan, wisata Desa Balai Pungut akan terus berkembang, mulai bekerjasama  dengan PIC UMRI, pemerintah dan PHR sebagai wujud nyata membantu Desa Balai Pungut.

Aisyah berharap pihak CSR PHR kembali memberikan bantuan fisik bangunan berupa  lapangan olahraga, tempat bermain anak anak serta melakukan perbaikan penunjang sarana dan praserana lainnya yang tidak layak lagi  di wisata Balai Pungut.

"Kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada PHR. Kami berharap dukungan tersebut menjadi pemicu semangat masyarakat dalam mengelola potensi wisata desa, jangan sampai desa tertua diabaikan, karena banyak sejarah dan potensi wisata yang harus digali lagi," ujarnya. 

Aisyah juga menekankan kepada masyarakatnya,  agar senantiasa ramah tamah melayani tamu, supaya masyarakat yang hadir bisa nyaman dan aman berkunjung ke Balai Pungut.

PIC Desa Wisata UMRI - PHR, Delovita Ginting mengatakan,  pengembangan wisata Desa Balai Pungut terus dikembangkan, melalui semua aspek.

"Kita sudah draf Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan desa (Ripardes) dengan bekerjasama dengan Instutut dari Jogja. Nanti Desa Balai Pungut diakui sebagai Desa Wisata tidak hanya dapat pendanaan dari Pemerintah melalui RPJMDes, juga ada dari akademik dan perusahaan,' jelasnya.

Pihaknya, bersama PT PHR tentunya akan melakukan  pendampingan, apa saja program kelanjutannya,  potensi alam, sejarah dah budaya yang dimiliki untuk terus dikembangkan.

"Kita harus mengemas dan mempromosikan wisata, mengenai biaya, nanti mendapat  dukungan dari BUMdes, pemerintah dan lembaga adat Melayu, Pokdarwis, ibu ibu PKK, karang taruna, dan pembinaan tani lokal," tambahnya.

PIC yang terbilang aktif, dalam kegiatan pembimbing ini terus memberikan masukan apa saja kendala di lapangan, hingga sampai hari ini, masyarakat bisa menikmati keuntungan dengan baik.

"Dampak nyata yang sudah dirasakan oleh masyarakat, tentunya  dalam peningkatan ekonomi. Ini berkat PHR yang suport dalam segala hal, sebagai korporasi perusahaan, peran PT PHR sangat nyata, sehingga masyarakat Balai Pungut bahagia," ujarnya.

Dolawita Ginting mengatakan, dengan kerja sama yang baik antara PHR dan masyarakat Desa Balai Pungut, desa ini dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam mengembangkan potensi wisata dan meningkatkan ekonomi masyarakat.

Sr Officer CID PHR, R Muhammad Wildan mengatakan, program CSR PT PHR terus digalakkan,  mulai pelatihan, beri bantuan fisik sampai pembinaan Kelompok Masyarakat atau Pokdarwis Tepian Batang Mandau.

Pelatihan ditujukan kepada Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis  Desa Balai Pungut. Pelatihan  ini, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola Desa Wisata secara profesional dan berkelanjutan. Pelatihan peningkatan kapasitas pengelola wisata dan kualitas pelayanan di Desa Balai Pungut merupakan salah satu upaya PHR Zona Rokan dalam pengembangan Desa Wisata Tepian Batang Mandau. 

Melalui kegiatan ini, para peserta terdiri dari Pokdarwis dilatih untuk melakukan identifikasi serta penentuan lokasi-lokasi potensial yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata di desa tersebut. Selain itu, pelatihan ini juga membahas pentingnya penerapan Sapta Pesona sebagai pedoman dalam menciptakan lingkungan wisata yang aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan.

"Dengan penerapan Sapta Pesona dan keberadaan Pokdarwis yang terorganisir dengan baik, diharapkan kualitas layanan, daya tarik wisata, serta keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata di Desa Balai Pungut dapat semakin meningkat dan berkelanjutan," ungkap Wildan.

Pokdarwis Balai Pungut juga dilatih bagaimana me-manage usaha kuliner. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali para pelaku UMKM agar mampu meningkatkan kualitas potensi kuliner lokal dengan standar yang higienis, menarik, dan sesuai dengan selera wisatawan. 

"Melalui pelatihan ini, peserta mendapatkan pemahaman mengenai pengelolaan usaha kuliner yang berkelanjutan, mulai dari perencanaan menu, pengemasan produk, strategi pemasaran, hingga pelayanan kepada pelanggan," bebernya.

Dengan demikian, diharapkan produk kuliner khas Desa Balai Pungut dapat menjadi salah satu daya tarik unggulan yang mendukung pengembangan Desa Wisata Tepian Batang Mandau.

Seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan di Desa Balai Pungut untuk Program Desa Wisata dan Desa Kreatif merupakan upaya untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dan memperkuat kemandirian desa melalui pemanfaatan potensi lokal. 

Kegiatan ini juga bertujuan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam mengembangkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif secara berkelanjutan. 

"Masyarakat tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga pelaku utama dalam pengelolaan dan pengembangan potensi desa yang berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan bersama. Kegiatan ini menarik kunjungan ratusan wisatawan terdiri atas wisatawan luar daerah dan masyarakat lokal," tambahnya.

Dengan kegiatan ini terdapat potensi dampak ekonomi langsung, manfaat ekonomi tersebut dirasakan secara nyata oleh UMKM kuliner, pedagang kaki lima yang mengalami peningkatan omzet melalui partisipasi aktif dalam kegiatan wisata tersebut.

"Sasaran pembinaan masyarakat sebanyak 1.000 orang, dengan pendapatan ditargetkan Rp90 juta lebih, perputaran uang di Desa Balai Pungut melalui destinasi wisata. Kita terus melakukan penguatan kelompok, mulai bekerjasama dengan PIC UMRI, kemudian bekerjasama dengan Instutut Wisata dari Jogja," ujarnya. 

Wildan berharap sirkular ekonominya  terjaga, Kemudian dari kemandirian, peningkatan taraf hidup masyarakat  bisa terwujud.

"Untuk wisata ini, kita kembangkan hal-hal yang memang sangat mengena kepada masyarakat umum. Jadi peningkatan di pilar-pilar kita tuh, dari news ya ekonomi dan sosial," ujarnya.

Peningkatan itu juga berkaitan dengan Nature. Nature di sini berupa lingkungan, dengan banyaknya orang datang ke Balai Pungut, tentu problem salah satunya sampah. 

"Sampah dan sebagainya Itu juga nanti akan kita formulasikan menjadi suatu hal yang mempunyai nilai ekonomi, jadi seperti itu, fokus utama kita," jelasnya.

PHR hadir juga memberi dukungan penguatan kelompok, responsibility, antara kelompok dan desa. Meski terkesan hal yang sepele tapi kalau misalkan itu terjadi suatu kerjasama yang baik, itu akan menjadi sesuatu yang baik  ke depannya.

Dengan demikian, Desa Balai Pungut memiliki sejarah yang kaya dan potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi desa wisata berkelanjutan dan mandiri. ***

Galeri Foto

Tugu Nasi Kunyit Panggar Telor dan sekaligus pelabuhan pertama di Desa Balai pungut tepat dibangun monumen Tugu Nasi Kunyit. [Irvan]

 

Rumah adat Masyarakat Desa Balai Pungut Selaso Jatuh Kembar. [Irvan]

 

Makam Syekh Usman Bin H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi. [Irvan]

 



HUT PELALAWAN ke 26

Baca Juga