- Beranda
- X-Travelling
- Kisah Pak Nyoman dan Tude Lovers
Studi Jurnalistik PWI Riau ke Bali (bagian-1)
Kisah Pak Nyoman dan Tude Lovers
- Selasa, 14 Desember 2021 - 15:48 WIB
Catatan A Kadir Bey
SELASA (7/12) siang itu kami sampai di bandara Ngurah Rai Bali. Memang tak seramai dulu. Terutama turis asing. Pasca Pandemi, kata Pak Nyoman, pariwisata Bali sangat terpukul. Banyak usaha yang gulung tikar dan PHK di mana-mana.
Rombongan studi jurnalistik PWI Riau langsung bertolak menuju masjid Agung Ibnu Batutah. Masjid ini berada dalam satu kompleks rumah peribadatan. Namanya Puja Mandala. Di sebelah masjid ada gereja katolik, vihara, gereja protestan dan Pura Jagatnatha.
Entah mengapa usai sholat (jamak sekaligus qashar) di masjid ini, saya teringat peristiwa penolakan ustad Abdul Somad saat ceramah di Bali. Sempat ramai di media tapi tetap lancar setelah kehadiran Raja Bali, Raja Pemecutan XI di Masjid Raya Baiturrahman Denpasar.
Usai foto-foto, kami menuju hotel Royal Singosari Kuta. Hotel ini hanya berjarak 4 menit jalan kaki menuju pantai kuta. Saya heran mengapa toko-toko sepanjang jalan menuju pantai kuta tutup semua. Padahal masih siang.
Inilah yang diceritakan guide Nyoman saat penjemputan di bandara tadi. Pandemi covid-19 betul-betul memukul pariwisata Bali. Itu jugalah yang dialami Nyoman. Guide dengan nama lengkap Nyoman Buda Arta.
Dua tahun ini dia tidak bekerja. Padahal sebagai guide, dia punya keahlian khusus menguasai bahasa Jepang dan Inggris. Pekerjaan ini telah dilakoninya selama 25 tahun. Baru Oktober kemarin dapat job dan kedatangan rombongan PWI Riau ke Bali, job kedua baginya selama masa pandemi.
Maklum bekerja sebagai guide adalah freeland. Tidak ada gaji bulanan. Tergantung berapa kali mengantar wisatawan.
Setelah mengalami masa-masa sulit itu, Nyoman memutuskan balik kampung. Dia berasal dari Bali Utara tepatnya di Buleleng Singaraja Bali. Nyoman beralih profesi sebagai petani.
"Menanam sayur di kampung demi menyambung hidup pak. Selama ini Pak Nyoman tidak pernah dapat bantuan pemerintah," ujarnya lirih.
Menurut Nyoman ada 8.000 orang guide di Bali yang lebih kurang bernasib sama. Mereka menguasai berbagai macam bahasa di antaranya; bahasa Jepang, Inggris, Itali, Rusia, Jerman, Prancis, Arab, Spanyol, Mandarin dan Belanda.
Nyoman menceritakan dia merasa terharu ketika mendengar Menteri Pariwisata (Menparekraf) Sandiaga Uno bicara tentang Bali. Dalam sambutannya saat press briefing weekly (24/5) di Jakarta, Sandiaga mengajak masyarakat untuk membantu membangkitkan pariwisata Bali.
"Kami senang dengarnya karena dia (Sandiaga) tau persis tentang Bali. Kalau tak disupport, usaha pariwisata akan gulung tikar. Lebih 90 persen masyarakat bergantung dengan sektor ini," katanya.
Sejak dilanda gelombang tinggi dan abrasi, Pantai Kuta penuh dengan tumpukan sampah batang kayu dan plastik. Pemandangan ini memang membuat kami memutuskan untuk segera kembali ke hotel. Malamnya rombongan diajak menikmati makan malam di restoran nasi betutu khas Gilimanuk.
Bersama Tude Lover's
Ini hari kedua kami berada di Pulau Bali, Rabu (8/12). Pagi-pagi saat sarapan tiba-tiba Tude menghampiri Ketua PWI Riau H Zulmansyah Sekedang. Di sekeliling Zulmansyah ada beberapa orang anggota rombongan yang sedang berbincang.
Lalu Tude menyapa, "Apa kabar, Pak Zul? Gimana makanannya?," tanyanya ramah sambil tersenyum. Tanpa basa-basi, Zulmansyah langsung menyampaikan masukan agar malam hari manajemen hotel menyiapkan hiburan (live music) supaya tidak sepi. Apalagi kawan-kawan banyak yang berbakat sebagai penyanyi.
Saat berbincang itu, salah seorang rekan dari PWI menanyakan di mana tempat pembuangan sampah. Tude langsung reflek menawarkan sekaligus mengambil sampah yang hendak dibuang. Kontan Keni tak enak hati.
"Biar saya saja yang membuangnya."
Ternyata Tude adalah GM di hotel tempat kami menginap. Pagi itu kami akan bertemu dengan pengurus PWI Bali dan mengunjungi Istana Kepresidenan Tampak Siring. Tude biasa disapa memiliki nama lengkap I Putu Agus Wiyardana.
Hari ketiga, Tude mengucapkan terimakasih telah mendukung Bali untuk bangkit melalui whatsapp. "Terimakasih bang sudah support Bali." tulisnya. Dia mengirimkan video tiktok dukungan PWI Riau untuk Bali. Video yang disampaikan Panitia Trip Bali Fitriady Syam ini diupload di chanel Royal Singosari Kuta Bali.
Saat itu kami dalam perjalanan menuju wisata air Tanjung Benoa. Selanjutnya menikmati pemandangan Pantai Pandawa, Pura Uluwatu dan diakhiri dengan makan malam di The Cuisine Jimbaran Seafood. Makan malam dengan suasana romantis di tepi pantai.
Belakangan Tude juga mengirimkan chanel khusus miliknya Putu Wiyardana dengan sapaan khas Tude Lover's. Di sini dia membantu mempromosikan hotel-hotel di Bali. Salah satunya hotel murah di sekitar Legian Bali. Saya bertanya, apakah ini diperbolehkan atasannya karena dia juga seorang GM hotel?
"Gak apa-apa. Bos saya support. Banyak hotel yang saya review di Bali dan Surabaya. Saya berbuat baik untuk mendukung pariwisata di Bali. Bantu subscribe dan jangan lupa komen," ujarnya.
Kamis itu Tude bersama karyawan hotel memakai pakaian adat Bali. Hari Kamis setiap usaha yang berkaitan dengan pelayanan publik memang memakai baju adat Bali. Tude kembali menyapa tamu yang sedang sarapan untuk berbincang-bincang.
Tude merasa terpanggil untuk turun ke bawah dan berbaur bersama tamu. Meski di masa sulit, dia tetap gencar mempromosikan Bali lewat media sosial seperti instagram, facebook, kerjasama dengan gerai-gerai supermarket dan lain-lain. "Saya ingin menyemangati Bali," ungkapnya.
Sikap yang sama juga ditunjukkan owner hotel tempatnya bekerja. Bila malam di sekitar Kuta banyak yang mati lampu, pihaknya tetap menghidupkan lampu di area luar hotel untuk menyemangati dan menerangi jalan sekitar Kuta. "Selama masa pandemi, kami tetap buka hanya saja tamu yang datang masih sedikit."
Tude belum bisa memprediksi tingkat kunjungan akhir tahun ini. "Tetaplah bersemangat, tetaplah bersyukur. Harapan saya semoga kebijakan pemerintah tidak berubah-ubah," tutupnya.*