Cari Perhatian Jokowi dan Syamsuar, Imigran Jahit Mulut

  • Senin, 11 Oktober 2021 - 15:42 WIB


KLIKMX.COM, PEKANBARU—Rasa bosan dirasakan ratusan pengungsi imigran asal Afganistan dan Pakistan, setelah lebih kurang 10 tahun tinggal di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru. Mereka pun melakukan aksi mencari perhatian, dengan menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Gubernur Riau, Senin (11/10/2021).

Mereka yang terdiri dari kaum perempuan dan laki-laki datang membawa spanduk dan kertas, bertuliskan tuntutan agar diperhatikan pemerintah pusat dan daerah. 


Salah satu aksi yang membuat nyeri orang yang melihatnya adalah, aksi jahit mulut yang dilakukan salah satu masa aksi.


Dengan ekspresi datar, pria itu membawa kertas bertuliskan "Refuge" yang artinya "pengungsi". Pada kertas yang dibawanya, juga ada tulisan "kami manusia, kami juga berhak tinggal dengan tenang, kami bukan binatang yang hanya butuh makan dan tidur, keluarga saya dengan anak kedua saya masa depan yang cerah, Tolong bantu Kami!”.

Muhammad Yunus, selaku perwakilan aksi masa mengatakan, aksi ini dilatarbelakangi karena hampir 10 tahun ia dan teman-temannya tidak ada kejelasan nasib.

Dia turut membandingkan, sikap pemerintah Negara Malaysia dan Thailand, yang dalam hal ini dalam masa tiga bulan langsung memberikan perhatian bagi pengungsi yang ada di sana.


"Kalau di negara lain seperti di Malaysia, Thailand, ada juga imigran. Tetapi hanya menetap selama tiga bulan. Namun, kami yang di sini sudah sampai 10 tahun," kata Muhammad Yunus.

Dengan waktu tersebut, Muhamad Yunus mengatakan, kini sudah mulai kehabisan biaya hidup.

Karena itu, ia bersama pengungsi lainnya, meminta kejelasan dari Jokowi dan Gubernur Riau, untuk dapat dipindahkan ke negara ketiga, yang mau menerima pengungsi.

"Aksi ini kami lakukan, karena kami mencari negara yang bisa jaga kami dan bisa kasih KTP, bisa kasih pasport dan bebas hidup," tutur Muhammad Yunus. 

Yunus mengakui, beberapa negara yang mau menerima para imigran seperti mereka adalah Kanada, Australia, serta New Zealand. 

Pria ini sendiri mengakui, sampai saat ini ia menghitung sudah tinggal selama tujuh tahun di Rudenim, Pekanbaru, Riau.

Yunus mengatakan, sebab ia memilih mengungsi  dari Afganistan. Karena saat ini negara yang dikuasai Taliban tersebut, dinilai sudah tidak aman. 

Kemudian, Yunus sendiri mau mengikuti aksi demontrasi ini, karena hampir tiga bulan tidak berkomunikasi dengan keluarganya di Afganistan.

“Saya stres sering mikirin keluarga di Afganistan, sudah 3 bulan udah tidak berkomunikasi, aku call tidak aktif. Makanya itu minta tolong kepada Bapak Jokowi dan Gubernur Riau,” ungkap Yunus.

Namun, aksi Yunus dan rekan-rekannya tidak berlangsung lama. Kemudian, petugas langsung melakukan pembubaran, karena tidak memiliki Izin.

Menanggapi aksi para imigran ini, Kepala Kesbangpol Kota Pekanbaru, Zulfahmi Adrian, bersama Kasatpol-PP Provinsi, Kepala Kesbangpol Riau, unsur TNI, Polri, pihak Rudenim dan UNHCR dan jajaran meminta massa membubarkan diri.

"Demo yang mereka lakukan tidak memiliki izin dan melanggar ketentuan. Untuk itu tadi kami minta mereka untuk bubar," kata Zulfahmi.

Zulfahmi mengatakan, aksi para pengungsi dari luar negeri yang ada di Pekanbaru ini terkait permintaan mereka untuk segera di reseattlement atau dikirim ke negara ketiga seperti Australia, Kanada, serta Amerika.

"Tentunya kita terima aspirasi mereka dan nanti kita bahas di tingkat pemerintah, dan kita ingatkan juga para pengungsi untuk tidak lagi melaksanakan aksi demo yang menyebabkan kerumunan karena kita masih masa dalam Pandemi Covid-19,” katanya.***



Baca Juga