Siapa Penguasa Gedung Putih, Biden atau Trump?

  • Rabu, 04 November 2020 - 16:47 WIB


KLIKMX.COM, WASHINGTON -- Pemilihan umum untuk menentukan Presiden Amerika Serikat menjadi  perbincangan paling hot di dunia, termasuk bahkan sampai di warung kopi di Kota Pekanbaru, Rabu (4/11/2020).

Hasil penghitungan suara pemilihan presiden Amerika Serikat antara Donald Trump dan Joe Biden, menunjukkan persaingan sengit di sejumlah negara bagian kunci.


Donald Trump dipredikai menang di Florida dan Texas. Hanya saja rivalitas masih berlangsung di negara bagian kunci lainnya, seperti Georgia, Pennsylvania, Wisconsin, Michigan, Arizona, dan North Carolina.


Siapa pemenang pemilu paling akbar sedunia di tengah pandemi Covid-19 ini?

Berikut  hal ikhwal  seputar Pemilu AS  yang dirangkum dari berbagai sumber:


1. Hasil Pemilu

Dilansir dari The Guardian, Selasa (3/11/2020) jika salah satu kandidat mendapat suara dengan selisih cukup telak, maka deklarasi kemenangan bisa dilakukan pada Selasa sore waktu setempat.


Meski demikian, apabila kompetisi berlangsung ketat, maka hasil pemilu paling tidak baru bisa didapat pada Rabu (4/11/2020).


2. Daerah kunci

Pemilu AS digelar di 50 negara bagian yang memiliki zona waktu berbeda-beda. Sehingga, penghitungan suara juga ditentukan berdasarkan zona waktu ini.

Negara bagian Florida menjadi indikator utama kemenangan seorang kandidat. Karena di Florida, proses pemungutan suara diakhiri lebih cepat dibanding negara bagian lain.

Sehingga, suara dari Florida bisa dihitung dan diketahui lebih cepat dibanding negara bagian lainnya. Kedua kandidat menganggap kemenangan dari negara bagian ini vital untuk menapaki kompetisi.


3. Daerah rebutan

Dalam beberapa minggu terakhir kampanye, Joe Biden berada dalam posisi lebih unggul dari lawannya, Donald Trump. Partai Demokrat juga berupaya untuk mengambil alih negara bagian yang sebelumnya dikuasai Partai Republik.

Negara bagian tersebut antara lain Texas, Georgia, Ohio, Iowa, Arizona dan North Carolina masuk dalam daftar. Namun, daerah perebutan suara tetap berada di negara bagian Michigan, Wisconsin dan Pennsylvania, ditambah Florida yang cenderung sukar diprediksi.


4. Penentu kemenangan

Penentu kemenangan seorang Capres di Amerika Serikat bukanlah seberapa banyak suara populer yang mendukungnya, melainkan dukungan yang berasal dari Electoral College


5. Electoral College

Dikutip Kompas.com, Senin (2/11/2020) Ketika orang-orang Amerika pergi ke TPS, mereka sebenarnya memilih sekelompok pejabat yang akan menduduki Electoral College.

Kata "college" di sini bermakna sekelompok orang dengan tugas bersama. Orang-orang ini disebut electors, dan tugasnya adalah memilih presiden serta wakil presiden.

Setiap negara bagian secara kasar punya jumlah electors sesuai jumlah penduduknya. Semakin banyak penduduknya, maka elector-nya semakin banyak.

Masing-masing dari 50 negara bagian AS ditambah Washington DC memiliki jumlah electoral votes yang sama dengan jumlah anggotanya di DPR ditambah dua Senator mereka.

California memiliki jumlah electors terbanyak yaitu 55, sedangkan negara-negara bagian yang berpenduduk sedikit seperti Wyoming, Alaska, dan North Dakota (serta Washington DC sebagai ibu kota) minimal punya 3, sehingga total ada 538 electors.

Setiap elector mewakili jatah satu electoral vote, dan capres harus meraup minimal 270 electoral votes untuk melenggang ke Gedung Putih. 


6. Suara terbanyak belum tentu menang

Amerika memberikan suara berdasarkan negara bagian di electoral college, bukan dengan suara populer.

Setiap negara bagian bernilai sejumlah pemilih yang kemudian berkumpul di "electoral college".

Siapa pun yang mendapat 270 pemilih memenangkan Gedung Putih. Negara bagian ditimbang secara kasar berdasarkan ukuran - California memiliki 55 pemilih vs tiga Vermont, misalnya.

Tetapi pola pemungutan suara dan demografis yang berubah-ubah berarti kemungkinan kehilangan suara populer dan memenangkan pemilihan perguruan tinggi.

Trump melakukan ini pada 2016 dan George W Bush melakukannya pada 2000. ***

 

Dari berbagai sumber: Kompas.co, Bbc, The Guardian



Baca Juga